Mohon tunggu...
Abdul Rahim
Abdul Rahim Mohon Tunggu... Administrasi - Bertani, dan menulis buah-buah pikirnya, dalam mengisi masa purna bhaktinya - untuk kemanfaatan yang lebih luas

Sehari-hari menikmati hawa segar udara Palangisang, sebuah desa di Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Memiliki hobi membudidayakan lebah madu, untuk itu sangat tertarik menerapkan filosofi kebaikan lebah madu dalam kehidupan sehari-hari – termasuk kehidupan berdemokrasi. Tertantang untuk berbagi pengalaman tentang sistem dan perubahan pola perilaku. Selalu berupaya menerapkan pola pikir global namun bertindak lokal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dongeng si Otan yang Berorientasi Reproduksi Budaya

12 Maret 2017   10:33 Diperbarui: 13 Maret 2017   16:00 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkait dengan kegiatan mendongeng di atas, saya melihat bahwa proses kegiatan mendongeng dan bercerita seperti yang dicontohkan dari kegiatan si Otan mendongeng tersebut adalah bahwa si Otan berkontribusi pada proses menanamkan nilai-nilai ilmu pengetahuan (dari pesan-pesan yang disampaikan), teknologi (dari penggunaan boneka tangan, musik serta laptop dan sound system saat kegiatan berlangsung) dan seni (dari bagaimana proses interaksi dan interaktif saat ‘pertunjukan’ yaitu antara pencerita, si Otan, audiens – siswa-siswa yang terpadu secara baik, menyenangkan dan membahagiakan) yang bercampur secara apik dalam proses mendongeng tersebut.  

Dan proses diatas adalah suatu proses budaya, proses berbudaya. Bila kemudian berimplikasi terhadap terjadinya perubahan paradigma ataupun pola dan cara berpikir dari audiens (yang mengarah pada terjadinya, nantinya, Revolusi Mental) yang diakibatkan dari keikutsertaan mereka dalam kegiatan mendongeng/bercerita ini, itulah yang saya maksudkan sebagai ‘reproduksi budaya’ pada judul tulisan di atas – dari kondisi budaya sebelumnya berubah menjadi suatu kondisi budaya yang lebih baik. Itulah harapan dari sebuah proses, yaitu, tentunya, bergerak kearah yang lebih baik atau positif.

Kegiatan (kebiasaan) mendongeng atau bercerita ini sepertinya mulai luntur atau bahkan sudah kritis sekali keberadaannya di Nusantara ini. Mengingat besarnya manfaat mendongeng, terutama untuk proses berbudaya yang lebih baik, sudah sepatutnya kegiatan yang baik dan bermanfaat ini dapat ditingkatkan dan disebar-luaskan lebih giat lagi – terutama bila dimungkinkan menjadi bagian dari sistem pendidikan yang berlaku di tanah air kita ini.

Pak Bugi dan si Otan sedang beraksi di hadapan para siswa
Pak Bugi dan si Otan sedang beraksi di hadapan para siswa
Berfoto bersama pak Bugi, si Otan dan para guru
Berfoto bersama pak Bugi, si Otan dan para guru
Para siswa yang sangat antusias mendengarkan dongeng/cerita
Para siswa yang sangat antusias mendengarkan dongeng/cerita
(catatan: foto-foto adalah dokumentasi pak Bugi yang diberikan kepada saya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun