Mohon tunggu...
INI INTUISI PUISI
INI INTUISI PUISI Mohon Tunggu... Penulis - 안녕하세요 저는 파이진입니다 | שלום אני פָאיזין | اسلام عليكم أن فئزين

Perkenalkan Namaku Faizin Absarina asal dari Demak Kota Wali Jawa Tengah. Aku memutuskan menulis untuk mengenang sekelumit kisah yang tertoreh dalam hidup. Karena sebaik-baiknya pembelajar paling bijaksana adalah pengalaman dan kenangan, karena mereka mendewasakan dan membuat kita lebih bijaksana di masa depan. Salam hangat teman semua. 감사합니다 (Kamsahamnida) | (Toda Raba) תודה רבה | (Syukron Laka) شُكرًا لك | Terimakasih

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

HAMPIR DIBATPIS

2 Juli 2020   11:03 Diperbarui: 27 Juli 2022   10:28 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Anya sangat marah dan langsung berlari meninggalkan rumah ini menuju pintu gerbang usang.

   Namun suasana sudah terlanjur berubah mencekam. Dunia menjelma aura abu-abu. Samar-samar tak berwarna. Amat sangat mencekam dan menakutkan. Semua ini gara-gara hal yang tak terduga, rahasia besa Anya sebagai penganut Yahudi terbongkar.

   Dalam benak ku berpikir, "Mengapa Anya sebegitu kecewanya, sedih dan marah besar? Lalu apa sebenarnya tujuan dia menyembunyikan imannya sendiri yang sejatinya itu hak asasi setiap manusi yang bernyawa yang melekat sejak mereka lahir. Padahal jika saja Anya berkenan jujur sedari awal mengenai Imannya dalam beragama Yahudi pastilah kami akan terima dengan lapang dada, tentulah kami akan saling mengerti satu sama lain dan berbahagia bersama selama-lamanya. Ataukah Anya ada tujuan terselubung? Tapi ah entahlah!"

   Sebelum Anya pergi dan beranjak, aku berteriak menghentikannya.
"Jangan pergi dulu, Anya!"

"Yasudah lah An. Tidak usah marah besar seperti itu, mungkin kita hanya belum terbiasa saja. Soal kamu beragama Yahudi atau agama apapun, itu kan kepercayaan setiap masing-masing insan, bahkan kita masih bisa hidup bersama dan berteman meskipun kita berbeda iman. Agama bukan masalah An, itu hak yang sudah mutlak setiap manusia yang bernafas di belahan bumi manapun. Tenang saja, kita masih saudara sampai kapanpun." Teriak Ibu kepada Anya yang terlanjur wajahnya berapi-api (murka).

"Oh Tuhan. Mengapa jadi seperti ini. Padahal kami sudah hidup sekian lama bersama. Manusia macam apa yang tidak mau mendengarkan saudaranya, Manusia macam apa yang tidak berkenan menerima keadaan saudaranya. Mengapa dia sebegitu marahnya padaku. Aku mohon sadarkan dia." Sahutku berpuisi menyindir Anya dengan harap dia membatalkan perjalanannya dan akan kembali.

   Walhasil, dia benar kembali.
Namun hal yang tak kami inginkan dimulai, petaka mengerikan berawal dari sini.

   Anya menghampiriku dengan wajah yang memerah dan menakutkan seakan-akan menjelma iblis.
Dia menatapku tajam sampai-sampai aku gemetaran dan takut dia bertindak nekad.

Anya : "Aku sudah peringatkanmu tadi, begini kan jadinya. Rencanaku hancur, kacau. Dan sekarang aku sudah hilang kesabaran."
Aku : "Sabar An, coba pelan-pelan kau ingat, kan kita sudah lama hidup bersama. Masa begitu saja marahmu luar biasa seperti itu An. Tenanglah tenang, cobalah tenang sedikit, dinginkan kepalamu, marah itu petaka dan membuat perkara, bukannya menyelesaikan masalah."
Anya : "Sabar katamu haa! Rahasiaku terbongkar, semua ini kamu penyebabnya. Ahh sudahlah begini saja!"

   Dia membuka tasnya, menjulurkan kitab dari tasnya. Kitab itu tertulis dalam bahasa Ibrani, namun jika dieja akan berbunyi bahasa arab.

Umi : "Sudahlah jangan basa-basi, baca ini!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun