Mohon tunggu...
INI INTUISI PUISI
INI INTUISI PUISI Mohon Tunggu... Penulis - 안녕하세요 저는 파이진입니다 | שלום אני פָאיזין | اسلام عليكم أن فئزين

Perkenalkan Namaku Faizin Absarina asal dari Demak Kota Wali Jawa Tengah. Aku memutuskan menulis untuk mengenang sekelumit kisah yang tertoreh dalam hidup. Karena sebaik-baiknya pembelajar paling bijaksana adalah pengalaman dan kenangan, karena mereka mendewasakan dan membuat kita lebih bijaksana di masa depan. Salam hangat teman semua. 감사합니다 (Kamsahamnida) | (Toda Raba) תודה רבה | (Syukron Laka) شُكرًا لك | Terimakasih

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

HAMPIR DIBATPIS

2 Juli 2020   11:03 Diperbarui: 27 Juli 2022   10:28 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjulurkan kitab tersebut ke wajahku.

   Tidak tergesa-gesa, aku simak dulu dalam batin.
"Fil Islamu Wal Mur...... (אל אשלםו וול מורתאדו)".
Aku : "Fil Islamu Walhamdulillahirabbil 'alamin." Ku ucapkan dengan keras sambil membayangkan lafadz yang sebenarnya.
Anya : "Haa! Bangsta kau!"

   Anya pun murka, sedikitpun aku tak sangka dia menjulurkan pena yang di ujungnya mengeluarkan jarum yang lumayan besar, jarum yang berkilauan dan sangat-sangat tajam. Dia ingin mengakhiri hidupku.

   Wusssss (Umi menodongkan pena berjarum tajam tadi ke arahku.)
"Hyah. Ku bunuh kau!" Teriak Umi.

   Namun aku menahan serangannya dengan sekuat tenaga. Dorongannya begitu kuat. Namun akhirnya aku balikkan pena tersebut kearahnya dan berbalik menusuk leher umi, (senjata makan tuan). Anya pun gagal melakukan misinya. Dia mati bercucuran darah.

   Selang beberapa detik, jasadnya menghilang secara misterius.

   Ibuku yang tadi ketakutan di sampingku juga menghilang, pun secara misterius tak berbekas.

"Alhamdulillah Ya Allah. Untung saja tadi aku cerdas tidak membacanya. Kalau saja tadi aku baca kalimat itu, mungkin saja umi berhasil membaptis ku menjadi pengikutnya. Astaghfirullah."

   Tiba-tiba tayangan-tayangan mengenai peribadatan umat Yahudi, baju-baju peribadatan tertampil berurutan seperti teater, lenyap begitu saja.

Dan aku pun terbangun dari tidurku.
"Untung rentetan kisah mengerikan itu hanya mimpi belaka."

----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

5 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun