Menjulurkan kitab tersebut ke wajahku.
Tidak tergesa-gesa, aku simak dulu dalam batin.
"Fil Islamu Wal Mur...... (אל אשלםו וול מורתאדו)".
Aku : "Fil Islamu Walhamdulillahirabbil 'alamin." Ku ucapkan dengan keras sambil membayangkan lafadz yang sebenarnya.
Anya : "Haa! Bangsta kau!"
Anya pun murka, sedikitpun aku tak sangka dia menjulurkan pena yang di ujungnya mengeluarkan jarum yang lumayan besar, jarum yang berkilauan dan sangat-sangat tajam. Dia ingin mengakhiri hidupku.
Wusssss (Umi menodongkan pena berjarum tajam tadi ke arahku.)
"Hyah. Ku bunuh kau!" Teriak Umi.
Namun aku menahan serangannya dengan sekuat tenaga. Dorongannya begitu kuat. Namun akhirnya aku balikkan pena tersebut kearahnya dan berbalik menusuk leher umi, (senjata makan tuan). Anya pun gagal melakukan misinya. Dia mati bercucuran darah.
Selang beberapa detik, jasadnya menghilang secara misterius.
Ibuku yang tadi ketakutan di sampingku juga menghilang, pun secara misterius tak berbekas.
"Alhamdulillah Ya Allah. Untung saja tadi aku cerdas tidak membacanya. Kalau saja tadi aku baca kalimat itu, mungkin saja umi berhasil membaptis ku menjadi pengikutnya. Astaghfirullah."
Tiba-tiba tayangan-tayangan mengenai peribadatan umat Yahudi, baju-baju peribadatan tertampil berurutan seperti teater, lenyap begitu saja.
Dan aku pun terbangun dari tidurku.
"Untung rentetan kisah mengerikan itu hanya mimpi belaka."
----