Mohon tunggu...
Abul Muamar
Abul Muamar Mohon Tunggu... Editor - Editor dan penulis serabutan.

Editor dan penulis serabutan. Suka menyimak gerak-gerik hewan.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Hidup di Hutan ala Keluarga "Captain Fantastic"

18 Maret 2020   10:22 Diperbarui: 18 Maret 2020   16:20 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dasarnya, cara hidup Ben bukan sebatas metode, apalagi metode yang dirancang. Cara hidupnya lebih berupa cara pandang; soal pemikiran. Itu tampak, misalnya, ketika ia tidak gelisah atau malu sedikitpun saat dilihati sepasang lansia dalam keadaan telanjang bulat. "Ini hanya penis. Semua laki-laki punya. Kita semua binatang di bumi ini," katanya santai.

Termasuk juga dalam mendidik anaknya. Ia tak menganggap tabu sedikitpun ketika menjelaskan tentang perkosaan dan senggama kepada Zaja yang penasaran. 

Apakah itu berefek membuat anaknya jadi minus moral? Ternyata tidak. Ben juga tak lupa mengajarkan anaknya soal etika. Semisal ketika anaknya mengejek manusia-manusia gendut mirip kuda nil.

Salah satu bagian yang paling menarik sekaligus lucu bagi saya dalam film ini adalah soal kedisiplinan dalam hal menjaga kesehatan tubuh, termasuk makanan. 

Saking sehatnya mereka, anak-anak Ben sampai terheran-heran saat melihat orang-orang gendut, mengira orang-orang itu sakit. Juga ketika mereka singgah di restoran cepat saji karena lapar.

Bagi Ben, semua menu yang tersedia di restoran itu (antara lain hotdog, burger, pancake, keju panggang, milkshake, cola, dan lainnya) bukan makanan, melainkan racun. Saya terkekeh menyimak fragmen ini.

Tentu saja yang tak kalah menohok adalah kritik terhadap agama. Saat menyampaikan pidato kematian istrinya di gereja, Ben berkata, "Pertama-tama, Leslie mempraktikkan Buddhisme, yang baginya merupakan filosofi dan bukan agama yang terorganisir. 

Kenyataannya Leslie benci semua konsep agama. Baginya, semua konsep agama adalah dongeng membahayakan yang pernah ada, yang dibuat untuk menciptakan kepatuhan buta dan memberikan ketakutan bagi hati orang yang tak bersalah...."

Kepada Rellian, anaknya yang merajuk dan menganggap konyol kebiasaan merayakan hari kelahiran Noam Chomsky dan berharap keluarganya merayakan Natal seperti keluarga pada umumnya, Ben bilang, "Kau lebih ingin merayakan peri magis fiktif daripada hidup orang yang telah memperjuangkan HAM?"

Lalu bagaimana laku spiritual dan meditasi keluarga Ben?

Mereka disiplin mempraktikkan Pranayama (semacam latihan pengendalian napas yang mengalir ke dalam asana) dan Samadhi (laku ritual konsentrasi tingkat tinggi yang melampaui kesadaran alam jasmani; terdapat dalam ajaran Hindu, Budha, Jainisme, Sikhisme, dan yoga). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun