Ada seorang selebriti yang terbebani dengan nama Nabi,
Katanya nama Muhammad begitu besar jika disandingkan dengan dirinya
Dia sadar dirri tingkah laku dan gayanya
Tak pantas bila menyandang nama besar Sang Nabi di depannya,
Padahal bisa jadi nama itu doa buat dia dari orang tuanya, bila nanti besar bisa mencontoh pribadi Sang Nabi, atau minimal nama Nabi di depannya menjadi semacam perisai diri, agar dewasa selalu terhindar dari perilaku yang merusak diri.
Tanpa bermaksud men-judge atau memaki, itulah potret Anak Negeri Zaman Now ini. Niat baik orang tua kadang tak selalu diterima dengan lapang hati.
Kuatnya arus digitalisasi dan globalisasi informasi, sedikit banyak membawa dampak bagi perkembangan karakter jati diri.
Peran orang tua, telah diambil alih dunia maya.Â
Di Hari Santri ini, Kita pun teringat akan sebuah puisi.
Anakmu bukanlah Milikmu,
Kahlil Gibran sudah jauh hari memperingatkan.
Kepada anak, orang tua bisa mencurahkan kasih sayang, tapi tidak bisa memaksakan pikiran.
Orang tua hanya melahirkan raganya, tapi tidak memiliki jiwa dan pikirannya.
Ah benarkah demikian?Â
Apakah orang tua sudah berperan sepenuhnya?
Jangan jangan Orang Tua hanya memberikan kasih sayang hanya sebatas raganya, sementara jiwa dan pikiran anaknya diisi oleh sang idola dunia maya.
Di Hari Santri ini, seharusnya bukan hanya seremoni.
Sudahkah para orang tua meberikan bekal buat jiwa dan agama anaknya.
Agar seimbang raga, pikiran dan batinnya.
Menjadi Santri, semoga anak-anak Kita mempunyai perisai diri.
Hingga tak hilang identitas diri apalago sampai malu menyandang nama Nabi.