Akhirnya Kita mesti terbiasa dengan langkah-langkah tak terduga para elit politik kita.
Sepertinya  Para elit sadar, sekarang yang dicari bukan lagi ikatan politik ideologisnya tapi ide dan daya kritisnya.
Yang laku dan di apresiasi rakyat adalah kiprah nyata dan eksekusi idenya, bukan lagi nyinyirannya.
Bersikap kritis jelas beda dengan nyinyir,
Begitupun berkiprah nyata jelas bisa dilakukan siapa saja, entah di dalam atau di luar pemerintahan.
Jadi seharusnya jangan nyinyiri yang kritis dan jangan apriori terhadap yang berkuasa. Yang berdemonstrasi janganlah dicap anti pemerintah, karena mereka hanyalah menyuarakan hati nuraninya.
Yang lagi berkuasa jangan dianggap buta dan tuli nuraninya, bisa jadi malah sedang menunggu ide dan kritikannya.
Lain kali tak usahlah menghakimi dengan ayat ayat agama untuk lawannya, karena siapa tahu yang dihakimi lebih soleh pribadinya.
Begitu juga janganlah yang bersebrangan dianggap sebagai anti Pancasila dan NKRI, karena siapa tahu mereka yang dilabeli lebih cinta NKRI dan mengamalkan Pancasila melebihi lawan politiknya. Pada akhirnya Semua menyadari kalau Imdonesia adalah Rumah Kita Bersama, yang harus dirawat dan dijaga oleh setiap penduduknya.
"Politics is the art of The possible" kata Otto Von Bissmarck. Ketika politik diibaratkan seperti seni, maka politik itu adalah kumpulan dari kemungkinan. Kemungkinan yang didasarkan apa yang terbaik sesuai kepentingan.
Nah Kita tinggal tunggu saja, apakah langkah politik Jokowi dan Prabowo tersebut sebagai langkah politik demi sebuah kepentingan yang lebih luas yaitu kepentingan Rakyat Indonesia atau hanya kepentingan sesaat untuk menyenangkan para elit saja.Â