Mohon tunggu...
Abizar DiazUlhaq
Abizar DiazUlhaq Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMAN 15 Tangerang

Hidup berjalan dengan waktu. Namun saat kau berhenti, waktu tetap berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi tentang Pelajar di Masa Kini

5 Oktober 2022   21:23 Diperbarui: 5 Oktober 2022   21:28 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi ini saya ciptakan semena-mena hanya untuk meningkatkan mutu pelajar kedepannya dan sebagai sarana evaluasi kami semua sebagai pelajar.

Epigram Pelajar

Puisi Baru – Epigram

Pelajar mulai tumbuh dewasa
Apakah hanya fisik yang bertambah usia ?
Melihat cermin dan menyisir rambutnya
Tapi lupa menata bukunya

Pelajar mengingat semua rutinitasnya
Tapi sepertinya mereka lupa
Berkata jujur pada orang tuanya

Mamah datang dan bertanya
"Sekolahnya bagaimana nak ?"
Bagai raja mereka berkata
"Biasa aja mah!"

Pukul 7 tiba dan mereka bagai penguasa
"Pah, uang jajannya mana ?"
Papah memberi uang tak lupa dengan do'a
Pelajar berdandan dan memakai parfumnya
Layaknya pergi ke acara keluarga
Pelajar lupa akuntabilitasnya

Kaos kaki pendek dan rambut warna-warni
Mungkin mereka siap menjadi model kali ini
Kumpul bersama teman dan memulai ghibah pagi ini
"Gajelas banget gurunya kayak ga punya hati"

Terdengar jelas dalam telinga siswa siswi
Jati diri, mereka temukan disini
Tapi mereka hilangkan harga diri
Pelajar terkadang tak tau diri

Bel berbunyi dengan kencang
Mereka berharap guru tak datang
Lalu mereka berpesta dan bersenang senang
Mereka lupa, bahwa masa depan yang pasti akan datang
Pelajar dalam epigram Pelajar

 

Buku Hanca

Puisi Baru - Soneta

Kutemukan Kata demi kata
Juga Kalimat demi kalimat
Lalu Paragraf demi paragraf

Melihat Makna demi makna
Yang tersurat dan tersirat
Berpadu antar draf demi draf

Mengangkat hidup seorang pelajar
Memperbaiki hidup seorang pemalas
Mengangkat derajat seorang pemalu

Ku bertanya pada pendekar
Cara menjadi seorang yang waras
Dia berkata, bacalah sebuah buku

Nestapa hati yang hampa
Mengingat memori di Rinai senja
Lalu kutemukan indahnya sandyakala

Iya, benar. Ku bersama buku baswara
Yang siap menerangi isi kepala
Guna mencapai citra Adiwidia

Tak ada kata 'Hanca'
Dibalik indahnya Surga
Makna berkata pada setiap baitnya

Menjaga nafas di setiap harinya
Agar kudapat menjaga jiwa dan raga
Dibalik Soneta buku yang kucipta

 

Riwayat

Puisi Lama - Syair

Pelajar berjalan bersama gayanya
Juga lupa dengan kewajibannya
Berkelana hingga jauh entah kemana
Mengapa pelajar seperti tak tau arahnya ?

Menghadap kiblat kebebasan para teman sesama
Iri melihat setiap pergerakan mudi dan muda
Bebas tertawa dan bebas kemana-mana
Bagaikan hidup di alam surga

Mari bertanya pada mereka
Mengapa hidup sangat berleluasa
Lalu terdengar suara lantang yang membara
"Hidup ini cuma sekali, ha ha ha"

Pelajar terkesan tak bermoral
Dengan segala tindakan tak masuk akal
Mengangkat nama dengan aksi-aksi sial
Mereka lupa ikhtiar dan tawakal

Membabi buta siang dan malam
Dilayar handphone yang tak pernah kusam
Dirawat baik tanpa terlihat suram
Jika rusak, pelajar berdendam

Buku tersenggak-senggak di lemari berdebu
Seakan tak pernah ada di dalam kalbu
Dikunjungi mahluk abu-abu
Buku bersedih tanpa kubu

Hati pelajar nampak membiru
Harus apalagi yang membuat haru
Selain kematian ayah dan ibu

  • Riwayat pelajar yang tak tahu malu

 

Balada Pelajar

Puisi Baru - Balada

Pelajar layaknya hujan di muara damai
Yang tak pernah habis menyentuh kebebasan
Mereka tertawa riang dan bercanda-canda
Sampai lupa akan tugas sekolahnya

Mereka bersuara dengan lantang
"Aku ingin menjadi orang hebat"
Namun sejauh mana mereka memandang ?
Apakah tidur dalam kelas merupakan ketenangan ?

Pelajar bersorak ramai-ramai ketika cuti tiba
Bersedih dalam sunyi ketika libur usai
Apakah pelajar lupa bahwa hidup hanya hari ini saja ?

Pelajar nan hebat datang pergi ke kelas
Berlomba-lomba mengisi bangku paling belakang
Menutup mata dibangku terdepan
Membuka mulut ciptaan hebat tuhan
Digunakan pelajar sebagai tempat kebun binatang
Juga tangan hebat ciptaan-Nya
Digunakan untuk saling memukul mahluk-Nya

Bagai mahluk Amerta. Mereka tak acuh akan kedepannya
Bergadang hingga larut malam
Scrool Ig, Tiktok dan Whatsapp
Mata minus, mungkin tidak buruk juga

Pelajar lelah saat bel berbunyi
Guru datang dan menasehati
Lalu mengajar dengan kasih sayang
Mengajari tanpa ada rasa membenci
Direspon buruk oleh pelajar
Bukan seperti orang tua kedua
Guru layaknya teman sebaya

Bersama teman-teman yang solidaritas
Menghisap nikotin terasa nikmat
Menonton biru bukan sebuah maksiat
Berbisik buruk soal pengajar
Begitupun soal pelajaran
Itu hal lumrah, kata mereka

Alunan melodi gitar di tongkrongan terasa merdu
Mereka berbahagia hingga pagi tiba
Bergegas sekolah dengan ransel tipis
Membawa sebuah buku dengan alat tulis
Mereka terjebak dalam Balada Pelajar

Unit Sisa Pendidikan

Puisi Baru - Satire

Mahluk berakal yang mampu berfikir
Berjuta-juta pemikiran
Berlagak layaknya penguasa dunia
Namun beratnya menuju pendidikan

Bertumpuk-tumpuk waktunya
Kuat kaki dan tangannya
Tak lupa dengan senangnya
Namun lupa dengan belajarnya

Berjalan menuju Sekolah megah
Muka lusuh teringat tugas
Pendidikan bagai jahanam
Hidup bebas adalah pencapaian

Sekolah tempat bertambahnya pendidikan
Bukan satu-satunya tempat pendidikan
Namun layaknya satwa langka
Sekolah adalah Unit Sisa Pendidikan

Gedung-gedung hebat tempat pemimpin dilahirkan
Kelas-kelas sederhana tempat interaksi ditemukan
Diisi murid-murid berdompet tebal
Tapi tak setebal niatnya belajar

Manusia mampu bersekolah
Tak hanya belajar dan jajan
Unit Sisa Pendidikan sebagai sarana asmara
Tak lupa dengan gombalan dan rayuan

Sekian Puisi yang dapat saya sampaikan, trima kasih banyak semuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun