Mohon tunggu...
Yusbhi Sayputra
Yusbhi Sayputra Mohon Tunggu... wiraswasta, pengajar -

Creative Thinker

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hampir Tanpa Balsem Lang

24 November 2017   02:43 Diperbarui: 24 November 2017   03:28 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu, 21 Oktober 2017 adalah hari yang tak bisa aku lupakan. Mungkin, salah satu hari di mana aku akan mengingatnya untuk waktu yang lama. Karena, hari itu adalah hari yang aku tunggu-tunggu selama dua tahun ke belakang. Apa pasal? Ya, keluargaku akhirnya benar-benar meneruskan keinginanku untuk melamar Kinanti, gadis yang sudah aku pacari selama dua tahun.

Bukan karena hari pertunanganku dengan Kinanti saja yang membuat hari itu tak terlupakan, namun ada kejadian yang, ya, sedikit membuatku khawatir. Kalau kalian penasaran perkara kejadian tersebut, baik, aku akan menceritakan penyebabnya.

Sabtu subuh, kami sekeluarga sudah bersiap untuk mencelat ke Bandung. Masing-masing dari kami sudah mengamankan barang-barang pribadi untuk menginap dua di hari. Begitupun barang-barang yang dibutuhkan untuk acara lamaran; kotak hias berisi kain songket untuk simbol pengikat lamaran, buah tangan khas kota Cirebon, dan empat stel batik bermotif seragam untuk kami kenakan nanti saat acara lamaran. Ya, semuanya sudah kami persiapkan dengan baik.

Sekitar pukul enam pagi, kami sudah meninggalkan rumah. Aku duduk di samping ayahku yang bertugas di belakang kemudi, ibu dan kedua adikku berada di kursi belakang. Waktu tempuh yang lumayan lama mengingat jarak Cirebon-Bandung terbilang jauh, membuatku dipaksa untuk bersabar. Ya, namanya juga acara yang aku tunggu-tunggu, wajar kalau aku sedikit ber-dag-dig-dugria.

Saat mobil yang ayahku kemudikan melipir ke tol Cipali, aku sudah bisa sedikit tenang. Perjalanan mungkin akan terasa ringan dibandingkan harus melaju di jalan biasa yang setiap harinya ramai oleh bus, truk, dan kendaraan umum. Sepanjang perjalanan, aku lebih banyak mendengarkan musik melalui pemutar lagu di mobil sambil sesekali bercengkrama bersama adikku yang paling kecil.

Singkat cerita, sekitar pukul 12 siang, kami sudah tiba di Bandung. Dan, sekitar satu setengah jam kemudian, kami tiba di sebuah hotel yang letaknya tak begitu jauh dari rumah Kinanti di Gedebage.

Acara lamarannya sendiri rencananya digelar selepas ashar, artinya kami masih ada waktu untuk sekadar beristirahat di kamar hotel. Aku langsung merebahkan diri di tempat tidur, ayahku juga melakukan hal yang sama. Sementara ibuku masih sibuk dengan tas bawaan kami, sedangkan kedua adikku pergi entah ke mana, em, mungkin melihat-lihat suasana hotel di lobi.

Pukul dua, kami mulai bersiap melesat kembali. Menuju rumah Kinanti. Aku sudah berganti pakaian, ayahku masih duduk-duduk di kursi kamar sambil memainkan gawainya, dan adik-adikku saling bergantian menggunakan kamar mandi.

Tapi, aku tak bisa menahan diri untuk tak berkerut dahi ketika memandangi wajah ibuku yang mulai memucat.

"Kenapa, Ma?" tanyaku membuatnya menoleh, lalu menggeleng.

"Nggak apa-apa, Yus."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun