Mohon tunggu...
Yusbhi Sayputra
Yusbhi Sayputra Mohon Tunggu... wiraswasta, pengajar -

Creative Thinker

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Penampilan Luar "Gue Beda" dengan Kayu Putih Aroma

21 November 2017   02:21 Diperbarui: 21 November 2017   05:53 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mengekeh. "Biarin deh, Kang. Nggak ada duit kalau ke tempat-tempat kayak gitu. Saya mahyang penting bisa pergi ke luar kota juga udah cukup."

Mirip burung beo yang sedang diajari berbicara, laki-laki itu ikutan mengekeh.

Ada jeda beberapa menit sampai akhirnya laki-laki itu membuka mulutnya kembali. "Ai si Aa Cirebonnya di mana? Saya juga pernah tinggal di sana dua tahun. Kerja di konveksi. Tapi nggak betah. Makanya pulang lagi ke Bandung. Ya, taulah A. Saya nggak tahan sama orang-orangnya. Apalagi cuacanya, ampun, panas pisan. Tuh lihat, A, tangan saya belang begini. Saya juga....."

Ngiiing!

Em... aku tak begitu menyimak perkataan laki-laki di depanku ini. Telingaku seakan mampat untuk mendengarkan repetannya. Aku heran. Sebenarnya dia pengin bertanya atau pengin curhat, sih? Pake cerita tentang anak-istrinya segala. Heuh.

TIIN!

Perkataan laki-laki terhenti ketika sebuah mobil mendadak berhenti dan pengemudinya membunyikan klakson sekali. Si penjaga warung menghampiri begitu pengemudi mobil tersebut tidak memberikan tanda-tanda akan keluar dari mobil. Sekilas aku memerhatikan obrolan mereka. Rupanya si pengemudi mobil hendak bertanya alamat.

Begitu selesai urusan, mobil itu melaju kembali.

Tapi, aku heran dengan air muka si penjaga warung yang seolah-olah sedang gondok. "Kenapa, Kang? Kok kayak yang kesel begitu," aku iseng bertanya.

"Begitu tuh kelakuan orang kaya, A. Sombong banget kelihatannya. Mentang-mentang punya duit, jadi seenaknya. Udah ditolongin, eh, nggak bilang makasih. Main pergi gitu aja," terangnya sambil misuh-misuh. "Makanya, saya tehagak nggak begitu respek, A, sama orang kaya. Orang kecil kaya saya, suka nggak dihargain sama mereka."

Glek.Aku tercekat oleh ludahku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun