Mohon tunggu...
Sabri Leurima
Sabri Leurima Mohon Tunggu... Freelancer - Ciputat, Indonesia

Sering Dugem di Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Trip

Melebur di Yogyakarta (Part 5)

25 November 2019   08:19 Diperbarui: 25 November 2019   08:25 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bis kami bergeser meninggalkan Jurang Tembelan Kaniogoro. Menaiki bukit tidak jauh dari lokasi pertama kami, bis yang kami tumpangi kemudian membelokan badannya. Saya pikir ada masalah, padahal tidak. Ada bis-bis yang lain sedang parkir juga. Berarti telah sampai di tempat tujuan. Kami hendak turun dari mobil bis, panas semakin menikam dikepala.

Aduuh,saya harus mengambil jaket nih.

Saya pun balik  ke dalam bis untuk mengambilkan jaket dan langsung menyarungnya. Tempat yang kami tujuh adalah Wisata Desa Mangunan Seribu Batu. Saya mendekat papan nama lokasi wisata ini dan memotretnya dengan kamera hape saya.

Pak Morang mendekat, ia meminta saya untul memotretnya. tiga jepretan saya ambil pada bagian pertama. Bagian kedua, dua anak dan istrinya diajak bergabung untuk foto bareng. Saya lanjut memotret mereka lagi dengan hape milik anaknya yang kamera hape miliknya lebih bagus dari hape sang bapak. Hanya dua gambar saja yang saya ambil.

Lokasi Wisata Desa Mangunan Seribu Batu terletak di bawah bukit. Kami harus berjalan turun dari lokasi parkiran ke tempat wisata seribu Batu. Rekan-rekan yang lain telah jalan duluan. Mereka menunggu kami di depan gerbang masuk sembari memegan baleho tour kami untuk dokumentasi lagi. Dokumentasi kali ini, saya, Ishan dan Bani ikut terlibat. Mba Diah memanggil kami karena pada saat dokumentasi awal kami tidak ikut. Semacam ada dendam pada kami...hahaha. gk, becanda aja kok.

Sehabis dokumentasi tim, saya berjalan duluan ditemani dede Reno dan dede Yasmin. Mereka berlari menuruni bukit bagaikan harus cepat untuk melihat rumah hobit. Saya hanya bisa teriak kepada mereka.

"Eh, awas jatuh. Jangan lari de".

Mereka tidak mendengarkan suara teriakan itu. Saya pun ikut berlari mengejar mereka untuk memastikan agar tidak terjadi apa-apa kepada mereka. Kecepatan lari mereka dan saya masih berbanding jauh. Saya yang lebih dulu sampai dari kedua bocah ini. Kemudian memblokir mereka di jembatan jomblo. Sengaja saya blokir agar bisa menegur mereka untuk tidak berlarian lagi.

Menyaksikan saya yang lebih dulu. Mereka lalu berhenti dan berjalan pelan. Raut wajah kedua bocah itu terlihat baperan karena saya mengejek mereka "kalau kalian telah kalah". Maki apes dan meraju kedua bocah ini. Saya juga ikut bersalah atas apa yang telah saya lakukan kepada mereka. Untuk menebus kesalahan saya, kedua bocah ini saya gendong dan membawa mereka ke rumah hobit. Mengajak mereka berfoto pada setiap rumah hobit yang berjejer rapih disekitaran bukit.

Saya senang karena kedua bocah bandel sudah tidak baperan lagi. Sangat saya sayangi juga karena terlihat bahagia saat bermain di rumah hobit. Saya lalu bercerita terkait siapa sih manusia Hobit itu. Dede Reno bertanya setelah melihat patung hobit.

Om, ini setan ya? tanya Reno.

Gk, sayang. Itu manusia tapi bentuk tubuhnya kecil seperti Reno," jawab saya.

Reno lalu mengelus-elus patung hobit tersebut. Ia seperti terlihat suka padanya walau hanya sebuah patung. Yasmin pun demikian seperti Reno yang senang ketika foto bersama patung hobit itu. Saya dan kedua bocah ini, lanjut berjalan menyusuri bebatuan besar. Besar sekali pokoknya.

Oh.. karena batu besar ini sehingga tempat ini disebut sebagi Desa Seribu Batu. Saya berfikirnya seperti itu, entah salah atau benarnya. Orang tua dari kedua anak ini memanggil mereka, saya merelakan kepergian mereka kepada sang pemilik supaya saya bisa bebas saja.

Saya hanya seorang diri, menepi agak jauh dari keramaian pengunjung Wisata Desa Seribu Batu. Mengaktifkan hape untuk kemudian memberi kabar pada sang pacar. Saya menyadari kalau dari pagi hingga siang, belum satu katapun saya sampaikan kepada pacar saya. Akhirnya saya memberinya kabar melalui pesan WA. Dengan cepat pacar saya membalasnya, responnya agak sedikit ngambekan. Masalahnya dalam tour kami, ia tidak diajak. Tapi dengan ringkas saya pun bisa membujuk dan merayunya dengan membuat ia tertawa. Saya tidak ingin dia bersedih lebih lama akibat kepergian saya.

Kami lalu bertelponan dalam rasa yang dalam. Kangen dan ingin cepat saya balik adalah ungkapan bertubi-tubi dari mulutnya. Saya menjawabnya, "sabar aja sayang, saya pasti balik kok. Kan cuman dua hari aja di Jogja".

Obrolan kami di hape berakhir setelah bang Indra meminta saya untuk membelikannya rokok di warung terdekat yang berada di sekitaran Wisata Desa Seribu Batu.

Sayang, itu dulu ya? Entar kita lanjut lagi obrolannya," gumam saya.

Ok sayang. Hati-hati disana ya? Cepat balik.

Siap bosquee.

Bergerak menuju warung untuk membelikan rokok kepada bang Indra, senyata para pengunjung Wisata Desa Seribu Batu semakin padat memenuhi pintu gerbang masuk. Kebanyakan dari mereka para pengunjung itu memakai kostum, mungkin ingin menunjukan kekompakan mereka terhadap khalayak ramai. Kenyataanya tidak, banyak yang berpisah-pisah dan membuat gerombolannya sendiri. Seperti ada forum di dalam forum.

Ah sudahalah, ngapain mikir mereka. Entar bang Indra lama menunggu lagi.

Rokok bang Indra telah saya beli Di warung Bude Ina. Iya, namanya begitu ketika saya mengajak berkenalan dengannya. Saya tidak banyak mengobrol dengan Bude Ina,hanya sebatas menanyakan berapa lama berjualan disini dan rumahnya di mana. Itu saja yang saya tanyakan kepadanya.

Rokok bang Indra telah saya berikan, di keramaian yang membuat jarak pandang agak sempit, saya melirik sana-sini tim tour kami telah tiada. Apakah mereka sudah balik? Ohtidak.  Jangan sampai saya tertinggal. Saya berlari ditengah matahari yang menikam menuju lokasi parkiran bis kami. Ternyata, mereka semuanya sudah berada di dalam bis menunggu saya.

Bri, dari mana aja kamu? tanya bang Oki.

Saya tadinya parkir di jembatan jomblo bang.

Astaga. 

Ayo pak jalan, sudah lengkap kita ini," kata bang Oki kepada sang driver bis. 

Desa Wisata Batu kami tinggalkan. Karena perut mulai kerongcongan, kami menuju tempat makan siang yang telah disiapkan oleh pemandu kami. Semua perjalanan tour dan travel kami diserahkan pada sang pemandu. Ia yang berhak untuk mengajak kami mengunjungi spot-spot keren di Jogjakarta. Mulai dari wisata desa Batu, kuliner, susur gua, hingga tempat pusat ole-oleh. Kami hanya siap terima dan nikmati karena semua terpaket dalam satu ongkos tour dan travel.

Masih disekitaran Gunung Kidul, kami singgah di resto Gudek Yu Djum Pusat. Perjalanan dari Wisata Desa Batu ke restoran sebutan diatas lumayang jauh sehingga membuat saya tertidur puas di perjalanan. Saya tidak tahu kalau bis kami telah sampai di resto tersebut akibat lelahnya diri ini menikmati perjalanan wisata yang tiada duanya. Seketika, bang Halili datang membangunin saya yang lelap tidur di bangku pojok belakan.

Bri, bri. Bangun. Udah makan blum? Serentak saya kaget dan terbangun.

Bang uda makan? tanya saya lagi.

Uda. Itu semuanya juga lagi pada makan. Ayo makan dulu," beber bang Halili.

Terdengar di masjid terdekat, suara adzan mulai menyapa. Saya yang telah memesan makan yakni; Gudek kemudian dengan cepat melahapnya.
Ini pertama kali saya menikmati Gudek, ya mirip-mirip Gado-gadolah. Tapi ada dagin yang dipadukan dalam menu itu sehingga ramai dalam piring yang juga membuat rasanya mantap bener. Es teh manis mendinginkan kepenatan yang saya rasakan dan langsung bergegas menuju masjid untuk melaksanakan Sholat Jumat.

Yayaya..sekian untuk ini dulu. Seperti yang saya bilang kalau masih panjang cerita yang akan saya ulas dalam perjalan ini. Harap-harap sabar ya? Maaf juga kalau part 5nya agak terlambat dikarenakan sibuk yang memadat. Dank!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun