Mohon tunggu...
Abigail Indira
Abigail Indira Mohon Tunggu... Editor - Pelajar

Magis tuk jadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Transplantasi Organ Menyebabkan Kanker, Mitos atau Fakta?

4 Oktober 2019   20:35 Diperbarui: 7 Oktober 2019   09:45 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Setiap orang didunia ini pasti menginginkan hidup yang sehat dan umur yang panjang. Semua orang akan mengupayakan segala cara agar dirinya bisa terus sehat dan bisa terhindar dari segala penyakit yang ada.

Lalu apa yang akan terjadi bila ada bagian organ tubuh manusia yang tidak berjalan dengan normal atau bisa dibilang sudah rusak. Salah satu jalan keluarnya adalah melalui transplantasi organ. Transplantasi organ bisa menjadi jalan untuk meningkatkan kesempatan hidup seseorang.

Transplantasi organ adalah pemindahan sebagian organ tubuh pada manusia atau pemindahan seluruh organ dari tubuh yang satu ke tubuh yang lain. Transplantasi ini digunakan untuk seseorang yang organ tubuhnya tidak dapat berfungsi. Pendonor akan memberikan organ yang masih berfungsi kepada penerima donor. Baik dalam keadaan hidup maupun meninggal, donor organ ini dapat dilakukan.

Mudahnya, transplantasi organ ini adalah proses penggantian organ tubuh yang tidak berfungsi menjadi berfungsi kembali dengan organ yang baru. Hal ini dilakukan dengan proses pemindahan organ yang masih dapat berfungsi dengan baik ke organ yang sudah tidak berfungsi dengan baik. Transplantasi yang sering dilakukan oleh beberapa orang  adalah mentransplantasikan ginjal.

Dan yang paling langka dan jarang ditemukan adalh mentransplantasikan usus. Kenapa begitu? Karena secara logika, manusia diberi Tuhan 2 ginjal. Kita tidak akan seketika meninggal bila kita hanya memiliki satu ginjal. Tapi bila usus, manusia hanya memiliki 1 organ usus, bila manusia tidak memiliki usus maka orang itu dapat dipastikan meninggal. Hal inilah yang menyebabkan pendonor ginjal lebih banyak daripada pendonor usus. 

Sejatinya transplantasi organ bukan untuk memperpanjang umur tapi untuk meregenerasi organ. Transplantasi harus dilakukan berulang-ulang kali karena suatu organ memiliki "masa kadaluarsa".

Butuh 50 kali operasi untuk menambah peluang hidup penerima transplantasi jantung dengan kurun waktu 20 tahun. Butuh 66 operasi agar seseorang dapat hidup 15 tahun dengan organ transplantasi ginjal.

Contohnya, ginjal hasil transplantasi biasanya dapat berfungsi dengan baik kurang lebih selama 10 tahun, setelah itu, kita harus mencari pendonor organ lagi yang baru dan mengganti organ ginjal lama dengan organ ginjal baru untuk menambah peluang hidup.

Cara terbaik untuk meregenerasi organ yang tidak berfungsi dengan baik adalah dengan transplantasi organ. Tetapi walaupun transplantasi adalah cara terbaik untuk menggantikan organ yang rusak, ternyata transplantasi dapat memicu kanker. Lalu sebenarnya apa itu kanker lalu kenapa transplantasi ini dapat menyebabkan kanker ?

Kanker, begitu mendengar saja sudah membuat bulu kuduk merinding. Apa itu kanker ? menurut Yayasan Kanker Indonesia, kanker adalah hasil pertumbuhan sel-sel dalam tubuh yang tidak normal sehingga menyebabkan timbulnya sel-sel lain yang disebut sel kanker. Sebenarnya tubuh manusia pada awalnya sudah memiliki sel-sel penyebab kanker.

Perubahan abnormal dan perpindahan (mutasi) yang terjadi pada DNA dapat menyebabkan kanker. Ditambah dengan makanan tidak sehat yang kita konsumsi, pola hidup yang buruk, merokok, minum-minum alkohol, keturunan, dan juga tekanan/stress bisa menjadi faktor pendukung kanker.

Lalu apa hubungan transplantasi dan kanker ? menurut beberapa penelitian yang dilakukan seperti penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi, Gary Schwartz, transplantasi organ dapat meningkatkan resiko seseorang mengalami kanker. Terutama untuk anak-anak yang menjalani transplantasi organ, mereka akan memiliki resiko terkena kanker 40% lebih besar dari pada orang dewasa.

OncoLink Team mengatakan bahwa Orang yang memiliki transplantasi organ seperti transplantasi paru-paru, jantung, hati, ginjal memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker. Hal ini paling sering disebabkan oleh obat imunosupresan yang digunakan untuk menurunkan imunitas atau kekebalan tubuh seseorang sehingga infeksi virus yang diketahui menyebabkan kanker (HPV, Epstein Barr, H. Pylori) dan dapat berkembang di suatu organ manusia.

Resiko kanker itu sendiri berbeda-beda variasinya tergantung pada organ yang ditransplantasikan, obat imunosupresif apa yang digunakan, dosis apa yang diberikan dan faktor risiko lain yang mungkin membuat pasien atau penerima organ terkena kanker.

Kanker yang dapat terbentuk dalam tubuh penerima organ transplantasi meliputi:

*         Kanker kulit non-melanoma (sel skuamosa dan sel basal)

*         Limfoma non-Hodgkin atau kelainan limfoproliferatif pasca-transplantasi (PLTD)

*         Sarkoma Kaposi

*         Kanker di daerah anogenital (anus, vulva, penis)

*         Kanker kepala & leher (bibir, mulut, amandel adalah yang paling umum)

*         Kanker ginjal

*         Kanker paru-paru

*         Limfoma Hodgkin

*         Kanker tiroid

*         Kanker perut

*         Kanker hati

*         Kanker kolorektal

Menurut laporan yang ditulis oleh para peneliti di Belanda dan Jerman.  Mereka pernah mencoba melakukan transplantasi organ ke beberapa orang dan benar --benar memastikan semua berjalan dengan baik dengan memeriksa pasien baik pendonor maupun penerima lalu memeriksa organ dan memastikan bahwa tidak ada faktor-faktor penyebab kanker.

Dokter mencangkok ginjal, paru-paru, hati, dan jantung dari pendonor ke penerima donor. Dan penerima donor jantung meninggal beberapa saat setelahnya tapi bukan karena kanker yang disebabkan oleh transplantasi organ melainkan karena penerima organ terserang stroke.

Tetapi 16 bulan kemudian, seorang wanita yang menerima transplantasi paru-paru menjadi sakit dan ditemukan menderita kanker pada kelenjar getah bening di dadanya.  

Analisis sel kanker mengungkapkan bahwa kanker yang bersarang di tubuhnya sebenarnya adalah sel kanker payudara, dan DNA dalam sel kanker menunjukkan bahwa sel-sel ini berasal dari donor organ.  Kanker penerima transplantasi organ paru-paru menyebar, dan dia meninggal sekitar satu tahun setelah diagnosis kankernya.

Lalu, tiga orang pasien lainya penerima organ juga pada saat itu masih hidup dan menjalankan aktivitas seperti biasanya.  Lalu ada beberapa pasien lagi yang akan menjalani transplantasi organ juga.

Dokter mengatakan kepada mereka bahwa penerima paru-paru telah meninggal karena kanker payudara yang terikat pada transplantasinya. Lalu pasien itu melakukan pemeriksaan agar nantinya mereka dijauhkan dari penyakit yang ditakuti banyak orang yaitu penyakit kanker.

Tetapi pada tahun 2011, pasien transplantasi hati ditemukan memiliki sel kanker hati di hatinya.  Pasien itu tidak ingin untuk melakukan transplantasi organ pada organ yang lain karena dia takut akan komplikasi potensial.

Perawatan radiasi untuk kanker pada awalnya bermanfaat, dan dapat menyembuhkan penyakit kanker itu, tetapi kanker itu kemudian kembali aktif, dan pasien itu meninggal pada 2014.

 Pasien yang menerima ginjal kiri juga kemudian didiagnosis menderita kanker payudara pada 2013 - enam tahun setelah transplantasi.  Kanker sudah menyebar ke banyak organ lain, dan pasien meninggal dua bulan kemudian.

 Seorang pria berusia 32 tahun yang menerima ginjal kanan juga didiagnosis dengan sel-sel kanker di ginjal yang ditransplantasikan pada tahun 2011. Tetapi dokter dapat mengangkat ginjal, dan pasien berhenti minum obat untuk menekan sistem kekebalan tubuhnya.  Ia juga menjalani kemoterapi.  Perawatan berhasil, dan pria itu masih bebas kanker 10 tahun setelah operasi transplantasi.

Tapi dari semua penelitian itu, ada satu pendapat menurut  Dr. Lewis Tepermen , direktur transplantasi organ di Northwell Health di New Hyde Park, New York. Kasus kanker yang diakibatkan oleh transplantasi hanya memiliki perbandingan 1 dari 10.000 dan 5 dari 10.000. menurut Dr Teperman, transplantasi organ merupakan hal yang sangat aman.

Hal ini dikarenakan pendonor organ menjalani skrining yang ketat, termasuk pemeriksaaan riwayat keluarga untuk penyakit kanker dan menjalani beberapa tes laboratorium.

Dari sini kita bisa tau bahwa tidak semua orang yang menjalani transplantasi akan menderita penyakit kanker. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan dan memicu kanker selain karena transplantasi.

Dari semua penelitian yang telah saya baca, saya menarik kesimpulan bahwa penyebab kanker dari transplantasi organ adalah pemberian obat imunosupresan. Obat ini adalah obat yang digunakan untuk menekan imunitas atau daya kekebalan tubuh. Guna dari obat ini adalah untuk mencegah penolakan-penolakan yang disebabkan oleh organ baru.

Obat ini membuat imun harus menerima organ baru. Seperti yang kita tahu, setiap organ tubuh sudah memiliki sel-sel pemicu kanker, hanya saja kanker itu tidak aktif membelah dan tidak berkembang. Hal ini disebabkan karena tubuh kita memiliki imun atau daya tahan tubuh yang kuat sehingga tubuh kita dapat melawan penyakit seperti kanker.

Lalu, secara logika bila obat imunosupresan ini menurunkan daya tahan tubuh artinya tubuh kita mudah terserang infeksi dan salah satu infeksinya adalah kanker. Selain kanker, efek samping dari obat imunosupresan ini penyakit ginjal yang disebabkan oleh banyaknya obat yang harus dikonsumsi dan juga dosis yang tinggi. Maka dari itu, bila seseorang mendapat obat imunosupresan dibutuhkan pemantauan yang ketat, prosedur yang tepat dan penjelasan yang benar.

Tapi disatu sisi saya setuju dengan pendapat The Independent bahwa transplantasi sangat dibutuhkan orang-orang yang memiliki organ yang tidak dapat berfungsi dengan baik. Pendonor atau penyumbang donor organ di dunia ini sudah sangat sedikit dan langka.

Jika kita terus mengkhawatirkan soal kanker dari transplantasi maka penerima organ tidak segera mendapat organ baru dan kondisinya akan semakin memburuk hingga menyebabkan kematian.

Dari sini kita juga mendapat pelajaran bahwa setiap tindakan yang kita lakukan pasti ada resikonya. Contoh bila kita melakukan transplantasi organ maka penerima organ akan mendapat organ baru dan peluang hidup penerima organ akan lebih besar. Tapi, dengan resiko mungkin penerima akan terkena penyakit kanker ataupun penyakit ginjal lainya (tidak semua orang memiliki resiko terkena kanker).

Tapi bila seseorang yang membutuhkan organ baru tidak melakukan transplantasi organ peluang mereka untuk terkena kanker akan kecil tetapi mereka tidak akan segera sembuh dan tidak segera mendapat organ baru yang bisa menyelamatkan mereka.

Mari kita semua menjaga kesehatan kita, terutama menjaga kesehatan organ kita agar kita dijauhkan dari penyakit-penyakit yang berbahaya. Sekian penjabaran saya tentang penyakit kanker yang dapat disebabkan dari transplantasi organ. Terakhir  pesan dari saya, lebih baik mencegah daripada mengobati. Semoga kita semua senantiasa diberi kesehatan selalu dan Tuhan memberkati.

  -AMDG-

 Daftar Pustaka :

Reetner, Rachael. 2018. "Cancer Spreads from Organ Donor to 4 people in 'Extraordinary' Case". Diunduh dari lifescience.com, hari Kamis, 3 Oktober 2019. Pukul 20.47

Oncolink Team. 2018. "Solid Organ Transplant and Cancer Risk". Diunduh dari oncolink.org, hari Kamis 3 Oktober 2019. Pukul 20.58

Yayasan Kanker Indonesia. 2017. "Apa itu Kanker?". Diunduh dari yayasankankerindonesia.org. hari Kamis, 3 Oktober 2019. Pukul 19.35

Doktersehat. "Obat imunosupresan-butuh peringatan". Diunduh dari doktersehat.com. Hari Jumat, 4 Oktober 2019. Pukul 16.40

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun