Mohon tunggu...
Muhammad Abi Dzar
Muhammad Abi Dzar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teknik dan Strategi Penerjemahan Puisi oleh Muhammad Abi Dzar Ar-Rahman

18 Oktober 2024   17:51 Diperbarui: 25 Oktober 2024   12:04 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

E. Teknik Penerjemahan yang Digunakan

Beberapa teknik penerjemahan digunakan dalam puisi "Cahaya di Langit Pagaruyuang" saat dialihbahasakan menjadi "Light in the Sky of Pagaruyuang" untuk mempertahankan makna dan estetika:

1. Adaptasi: Teknik ini mengubah elemen budaya agar lebih mudah dipahami oleh pembaca asing. Namun, istilah yang mengandung makna mendalam seperti "Bundo Raudha" dibiarkan tanpa diterjemahkan. Ini bertujuan untuk mempertahankan konteks dan nilai budaya asli yang sulit diterjemahkan secara tepat.

2. Transposisi: Struktur kalimat dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan tata bahasa Inggris agar terdengar alami. Misalnya, frasa "lahir seberkas cahaya dari Puti Reno" diubah menjadi "a radiant beam was born from Puti Reno" untuk mengikuti pola struktur bahasa Inggris yang lebih tepat.

3. Kompensasi: Jika makna tertentu berpotensi hilang dalam terjemahan langsung, teknik kompensasi digunakan untuk menggantinya dengan ungkapan yang setara. Contohnya, metafora ditingkatkan dalam frasa "slicing through the silence of ages" untuk mempertahankan kekuatan dan nuansa dari teks asli.

Teknik-teknik ini memastikan bahwa terjemahan puisi tidak hanya akurat secara makna, tetapi juga estetik dan emotif sesuai dengan bahasa sasaran.

F. Strategi Penerjemahan yang Digunakan

Berikut adalah tiga strategi penerjemahan yang digunakan dalam puisi "Cahaya di Langit Pagaruyuang":

1. Domestikasi: Teknik ini mengubah elemen lokal agar lebih mudah diterima pembaca asing. Contohnya, frasa “ladang fakultas” diterjemahkan menjadi "fertile fields of knowledge," sehingga maknanya tetap relevan namun lebih akrab dalam konteks budaya pembaca. Hal ini menjaga kelancaran dan pemahaman teks.

2. Foreignisasi: Elemen budaya asli dibiarkan tanpa perubahan agar keaslian dan nuansa budaya Minangkabau tetap terasa. Istilah seperti “Bundo Raudha” dan “Bundo Kanduang” tidak diterjemahkan untuk menghormati makna dan konteks budaya dalam teks asli.

3. Interpretatif-Komunikatif: Strategi ini bertujuan menyampaikan pesan dengan jelas sekaligus mempertahankan makna simbolik. Misalnya, metafora “mengubah hutan menjadi nadi kehidupan” diterjemahkan sebagai "transforming forests into the pulse of life," menjaga esensi pesan agar tetap sejalan dengan makna asli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun