PEREMPUAN DI KEBUN SAWIT
Lelet sekali jaringan modem internet sekolah ini, sudah beberapa kali aku ganti kartu operator, tetap tidak ada perubahan, berputar-putar saja nampak dilayar komputer usang berdebu, tanda alat ini jarang dipakai. Dilapangan, naik diatas atap,diatas pohon, tetap tidak ada perubahan, tampak seperti orang bodoh kelihatan nya aku.
Wilayah asing, terpencil sedikit terisolir dan jauh dari keramaian kota, barangkali adalah penyebab sulitnya mendapatkan sinyal internet di daerah ini, ditambah pohon-pohon besar dan tinggi serta perkebunan kelapa sawit plasma yang baru tiga tahun ini dilaksanakan. "Sial, kalau begini bisa besok baru selesai sinkron UNBK" ujarku menggerutu sendirian.
"Bagaimana Pak Ardi, sudah bisa belum?" Hampir saja tangan kiri ku terlepas dari dahan ketapang yang ku genggam dan hampir terjatuh dari pohon yang tumbuh subur sekitar dua langkah dari teras sekolah. Suara khas Pak Syamsu, kepala sekolah  berwibawa mengagetkan kutiba-tiba sudah berada tepat dibawah.
"Belum bisa Pak, ini saya lagi coba cari sinyal yang bagus untuk sinkron" sahut ku dari atas pohon ketapang, perlahan mencoba turun.
"memang disini sangat sulit mencari signal, tapi kalau pak Ardi mau, diujung bangunan ini biasanyasignal lebih baik, saya pun kalau mau menelpon biasa disitu".Pak Syamsu menunjukkan ujung bangunan sekolah yang langsung berbatasan dengan kebun kelapa sawit tanpa pagar.
Nama ku Ardi, seorang pengajar berusia 36 tahun,dan beberapa waktu yang lalu aku baru saja dipindah tugaskan dari sekolah lamaku, pindah kesekolah baru yang wilayahnya jauh dari kata ramai, wilayah yang boleh dibilang terisolir, jauh dari kota sertarumah penduduk yang jarang,membutku kadang bergidik saat sendirian.
Tempat tugas baruku adalah satu-satunya SMA yang ada didaerah terpencil ini,dibangun untuk anak pekerja sawit dan sebagian masyarakat lokal. Tiga ruang kelas, satu ruang lab komputer berisikan beberapa komputer bantuan dinasuntuk UNBK dan satu ruang guru merangkap ruang tata usaha,setiap kelas paling banyak berisikan 18 orang siswa, yang setiap harinya selalu ada saja yang tidak hadir dengan bermacam alasan.
Sekarang adalah bulan april, itu artinya siswa kelas dua belas sebentar lagi akan  bersiap melaksanakan UNBK. Aku ditunjuk sebagai proktor baru oleh guru-guru lain, dan bertanggung jawab atas kesuksesan UNBK di sekolah ini, karena untuk bergabung dengan sekolah lain harus ada tambahan biaya, belum lagi jarak yang cukup jauh.
"nah, di sini lebih baik" gumamku, ku angkut server dan monitortepat diujung ruang kelas, tempat yang disarankan pak Syamsu, berbatasan langsung dengan kebun kelapa sawit, teduh, rimbun, hijau dan agak angker menurutku.
14.36 jam dipergelangan tangan kiriku, "tidak pulang pak Ardi?" suara laki-laki tua yang tidak asing terdengar jelas, Suara pak Daus, Penjaga sekolah yang sudah berumur, hampir dua belas tahun beliau menjadi penjaga disekolah ini, tinggal sendirian dirumah dinas sekolah yang mulai retak lantai dan dindingnya, sunyi tanpa istri dan anak.