" Tadi maghrib aku berniat meminta air panas ke kostanmu, tapi aku malah melihatmu tergeletak, aku kira kau tidur, ketika ku bangunkan tak bangun bangun. Segera saja aku  bawa kesini tanpa pikir panjang. "
" Lalu untuk biayanya gimana im ? tabunganku hanya sedikit."
"Sudah sudah tak usah kamu pkirkan itu dulu, aku sudah upayakan dengan teman teman sesama kostan untuk patungan. Sudah kau istirahat saja dulu."
Malam ini badanku begitu terasa lemas, sakit yang kuderita ternyata begitu parah, sakit jantungku rupanya kambuh. Aku di vonis penyakit jantung semenjak aku masih senang dengan dunia malam dan mabuk mabukan, hampir setiap malam minggu aku pergi ke bar, sebuah kehidupan kelam yang pernah kujalani. Aku sempat menjalani perawatan intensif selama 1 tahun kala itu.
" Sus aku boleh minta pena dan selembar kertas "Â tiba tiba aku teringat mantan istriku dan anakku.
Rasaku seakan sudah tak menentu, badanku semakin lemas, jantungku semakin kencang berdebar, kepalaku begitu sakit seperti di tindih batu besar. Malam ini aku hanya takut jika aku pergi untuk selamanya tak sempat aku berpesan kepada anakku dan mantan istriku.
Setelah selesai ku tulis, aku meminta suster untuk memanggilkan imron.
" Im aku nitip surat ini, berikan ini kepada anakku dan mantan istriku "
" Ngomong apa kamu, sudahlah kamu rehat  saja,"  Imron kiranya khawatir dengan surat yang kutitipkan.
" Tidak im, aku minta tolong sampaikan ini " seiring surat itu kuberikan pada imron, tiba tiba seluruh tubuhku semakin dingin, seolah kematian segera menyergapku, semua pandanganku mengabur.
" suster.sus sus ini teman saya pingsan lagi ".dalam sakaratul imron memanggil. Dokter dan suster dengan segala upayanya membantuku agar tetap sadar. Namun tubuhku sudah menolaknya, aku hanya ingin mati dalam sebuah perayaan, perayaan mengucap kalimat tauhid dan syukur.