Kesedihan dan luka datang kian berganti, Dera dan air mata kian mengikat mentariÂ
Tak usai satu demi satu sahabat telah pergi, meninggalkan bumi yang semakin sepi
Disudut mata memandang haluan laut biru berubah mengikuti arus surgawi
Di atas kepala nirwana jatuh, tepat ditabir kehidupan yang fana
***
Derasnya hujan mengguyur bumi tak henti, iya mengisyaratkan bahwa luka semakin menghakimi
Pilu deru menderu semakin menyayat nyayat hati
Tiada lagi kawan dan sanak family, dia pergi begitu suara lantunan doa mengiringi
Disudut malam , terdengar isak tangis para korban, di sela bencana yang menghempas para manusia di sela gulita
Kabar semakin keras ditelinga, membabi buta antara rongga dan mahkota suaraÂ
***
Jingga sudah warna kabut pagi , malam sudah ditutupi awan tebal berlarian, ditepian pantai ada buih buih berlarian mencari kabar
Hari ini, hanya doa yang menjadi payung peneduh rohani, menepi diantara dosa yang telah mendera
Bila saatnya telah tiba, kereta kencana tuhan menjemput tanpa sela
Hanya setitik harap, kita ditempatkan di alamnya lembah firdaus alam surgawi
***
Mari kirimkan doa sesuai kepercayaan kita masing, untuk saudara saudara kita yang menjadi korban tsunami di selat sunda - Mengheningkan cipta mulai !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H