Mohon tunggu...
ABDURROFI ABDULLAH AZZAM
ABDURROFI ABDULLAH AZZAM Mohon Tunggu... Ilmuwan - Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, Dan Cinta Indonesia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jangan pernah lelah mencintai Indonesia dan mendukung Indonesia bersama Abdurrofi menjadikan indonesia negara superior di dunia. Email Admin : axelmanajemen@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humor

Pada Tahun 2020 Pasangan Ideal Tidak Memiliki "Sense of Playing Victim"

13 Juli 2020   05:55 Diperbarui: 15 Juli 2020   00:35 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Playing victim adalah ketika wanita sebagai pasangan pertama selalu merasa  sebagai korban dari segala situasi yang terjadi terutama poligami. Hal ini dapat menjadi salah satu indikasi tindakan abusive relationship (penganiayaan dalam hubungan) pada pria. Hak poligami merupakan kepentingan yang dilindungi atau keinginan yang diakui oleh aturan hukum Islam pada keadaan tertentu menjadi tepat.

Wanita sebagai korban dari keadaan poligami, korban dari kesalahan yang dilakukan oleh suamimu. Perlu diketahui, poligami bukan tindak kejahatan karena pola pikir yang tidak pada tempatnya. Sebelum membaca penelitiaan   ini, hilangkanlah semua keras kepala tentang merasa jadi korban keadaan itu keras kepala cenderung  berusaha wanita sangkal.

"Ketergantungan" dengan Rasa Nyaman Poligami

9 dari 10 wanita yang telah menikah sudah kecanduan atau ketergantungan dengan rasa nyaman dibuat oleh pria. Rasanya tak sanggup bila harus pria menikah lagi khawatir dan penuh ketakutan. 

Salah satu cara yang dipakai poligami oleh pria untuk mendekati wanita menarik yang disukainya adalah dengan memberikan rasa nyaman.Rasa nyaman pada poligami bagi wanita yang membuat orang bisa sayang benar dan saling jatuh cinta karena suami memberikan sahabat baru di rumah sehingga semakin indah.

Wanita cenderung mudah memakai perasaan dan suasana mereka bisa saja jatuh cinta pada sahabat wanitanya sendiri sedangkan bagi sahabat sulit untuk tidak berbagi apapun. 

Penerapan hak poligami membuat persahabatan bisa dipertahankan sebagai istri-istri hits seakan muda selalu, playing victim jarang terjadi saat ada rasa nyaman dalam poligami.

Egois Wanita Untuk Memiliki Pria Seutuhnya Suami

Pria sebagai leader sangat sulit diperhitungkan wanita, saat wanita menyebalkan dan bercanda berlebihan dengan egois memiliki pria seutuhnya. Wanita egois atau egosentris seringkali mengalami kesulitan menjalin hubungan pernikahan karena rasa egois dan posesif yang berlebih bisa-bisa malah menimbulkan rasa curiga dan hilangnya rasa saling percaya. Wanita sebagai mahluk emosional lebih suka didengarkan daripada mendengarkan, apalagi dalam keadaan tersudut.

Atas dorongan egois wanita untuk keuntungan diri sendiri tanpa mementingkan wanita sekitar yang belum menikah. Jangan salahkan pengganggu hubungan bila wanita masih egois untuk berbagi suami yang bisa berbuat adil. Keburukan yang dilakukan berakibat pada diri wanta tersebut. Tak jarang wanita egois menjadi korban dari perselingkuhan.  Apalagi wanita tersebut merasa paling sempurna tapi fisik dan attitude tidak baik.

Peningkatan Stimulus dan Dambaan Pria Untuk Poligami

Di Indonesia, hukum perkawinan nasional menganut asas monogami. Tren poligami dicontohkan oleh Presiden Soekarno. Apabila pria menikah dengan seorang istri saja akan lebih menjaga kehormatan. Maka, Pria dambaan kebanyakan perempuan lebih mudah melakukan poligami. Soekarno adalah sebaik-baiknya umat Nabi Muhammad orang yang banyak istrinya.

nikahilah apa yang kamu senangi sesuai selera kamu dan halal dari wanita-wanita yang lain itu, kalau perlu, kamu dapat menggabung dalam saat yang sama dua, tiga, atau empat untuk stimulus pria agar melakukan poligami.

Pernikahan seorang pria merdeka dengan wanita sesuai selera merupakan salah satu cara menghapus prostitusi di Indonesia. Dilarang poligami akan terjadi prostitusi dalam berbagai bentuk semakin merajalela. Tentu saja, masih banyak kondisi wanita sangat cantik tersebut untuk dinikahi pria, dan kadang itu sebagai alasan logis untuk menutup rapat pada masalah poligami.

Ada dua playing victim pertama tujuan menolak poligami namun terjadi pengkhianatan melalui perselingkuhan. Kedua,  playing victim ketika mengetahui pasangan selingkuh

Wanita-wanita yang dikenal memiliki daya tarik yang memikat. Harapan para pria  dapat membebaskan kesepian yang mereka tawan. Perhatikanlah cara mengatur kelahiran dan menyesuaikan jumlah anak dengan kemampuan ekonomi. Banyak ingin menikahi wanita-wanita yang mereka inginkan karena   kecantikannya tetapi enggan berlaku adil terhadap mereka.

Tabiat pria adalah leader  yang menginginkan banyak follower untuk beristri lebih dari satu, serta jumlah tidak sedikit. Pandangan struktural fungsional poligami menganggap bahwa keluarga saling yang ditujukan kepada pihak luar bekerja sama menghasilkan suatu kondisi contohnya peran suami sebagai pencari equilibrium (seimbang) kepada para istri-istri dambaan.

Para suami mapan diberi semacam kelonggaran karena cinta diluar kemampuan manusia untuk mengatur sehingga mahar mereka pun tidak kecil dari pada yang lazim.Tidak hanya itu, Allah memberi kesanggupan laki-laki untuk keturunan lebih besar dari pada perempuan, sebab laki-laki telah memiliki rasa seksual sejak balig sampai tua, sedangkan perempuan dalam masa monopouse atau haid tidak memilikinya.*

Senin, 13/7/2020. 05:55

Baca Artikel Menarik “Masyarakat Urban: Buat Apa Nikah Kalau Susah?” dengan klik disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun