Tuhan tanpa gender tidak dianggap memiliki keturunan atau tidak reproduksi, Kita harus memahami bahwa Islam tidak mengenal diskriminasi gender menyembah Tuhan Bapak, Tuhan Ibu, dan Tuhan anak.
Pandangan ini tercermin dalam ayat-ayat Al-Qur'an yang menyatakan bahwa "tidak ada yang sebanding dengan-Nya" (QS. Asy-Syura: 11) dan "Dia tidak beranak dan tidak diperanakan" (QS. Al-Ikhlas: 3)
Tuhan tidak dianggap sebagai entitas yang memiliki sifat reproduksi seperti manusia atau makhluk hidup lainnya memiliki fungsi berkembang biak.
Hal ini sangat penting, terutama mengingat sejarah panjang diskriminasi terhadap wanita yang masih terjadi di banyak negara di seluruh dunia karena Tuhan adalah laki-laki yang maskulin.
Diskriminasi gender tidak hanya melanggar hak-hak manusia, tetapi juga bertentangan dengan keyakinan Islam yang menekankan kesetaraan dan keadilan untuk semua manusia, tanpa memandang jenis kelamin atau status sosial seperti laki-laki dan perempuan.
Dalam agama Islam, Allah menegaskan bahwa semua manusia dilahirkan sama dan memiliki hak yang sama sesuai dalam Al-Quran, Tuhan menyatakan bahwa:
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat: 13).
Ayat ini menekankan bahwa nilai sejati seseorang bukanlah berdasarkan gender, tetapi berdasarkan ketakwaan kepada Allah sebagai Tuhan tanpa gender.
Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus memastikan bahwa praktek-praktek dan nilai-nilai kita sejalan dengan prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan yang dipegang oleh agama Islam.
Kita harus menghormati hak-hak dan martabat semua manusia, terlepas dari jenis kelamin atau status sosial mereka.
Dalam hal ini, kita harus mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW, yang selalu memperlakukan semua orang dengan adil dan merata, tanpa memandang jenis kelamin atau latar belakang sosial mereka.