Mohon tunggu...
Abdurrofi Abdullah Azzam
Abdurrofi Abdullah Azzam Mohon Tunggu... Ilmuwan - Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, dan Berbudaya Asia Afrika
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jangan pernah lelah mencintai Indonesia menjadi negara adidaya di dunia. Email Admin : axelmanajemen@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Diary Perjalanan Pandangan Manusia Mengenai Tuhan Tanpa Gender di Bumi

11 Maret 2023   11:06 Diperbarui: 11 Maret 2023   11:32 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary Perjalanan hidup di Bumi. Foto : Shutterstock.

Tuhan tidak dapat dikategorikan sebagai alfa female, alfa female atau jenis kelamin manusia apapun sebagai perjalanan hidup saya yang panjang di planet Bumi sebagai diary khusus pribadi yang boleh dibaca sesama.


Tuhan dalam Islam tidak memiliki identitas gender dan tidak reproduksi menghasilkan identitas Tuhan Bapak, Tuhan Ibu, dan Tuhan Anak dikenal Tuhan Tanpa Gender.

Tuhan tidak memiliki gender dalam keyakinan saya, dan saya sebagai intelektual harus memastikan bahwa kita tidak menempatkan diskriminasi gender pada praktik atau nilai-nilai kita.

Beberapa intelektual baik dari ulama, cendikiawan maupun profesor mendapatkan pencerahan Tuhan tanpa gender sebagai berikut:

1. Ingrid Mattson

Foto : Hustpost Inspiration
Foto : Hustpost Inspiration
Ingrid Mattson adalah seorang mantan cendekiawan non-Muslimah dan mantan presiden Islamic Society of North America.

Sebelum memeluk Islam, ia mempelajari berbagai agama, termasuk Kristen, Taoisme, dan Agama-agama Tradisional Afrika.

Ketika ia belajar Islam, salah satu hal yang menarik perhatiannya adalah konsep tentang Tuhan yang tidak memiliki gender, yang membuatnya semakin tertarik pada agama ini.

2. Jeffrey Lang

Foto : Truth Seeker
Foto : Truth Seeker
Jeffrey Lang adalah seorang profesor matematika di University of Kansas yang memeluk Islam setelah mempelajari berbagai agama, termasuk Hindu, Buddha, dan Kristen.

Salah satu hal yang menarik perhatiannya tentang Islam adalah konsep tentang Tuhan yang tidak memiliki gender, yang membuatnya semakin tertarik pada agama ini.

3. Maryam Jameelah

Foto : Meaning Life in US
Foto : Meaning Life in US
Maryam Jameelah adalah seorang penulis dan cendekiawan Muslimah asal Amerika yang memeluk Islam setelah mempelajari berbagai agama, termasuk Yahudi, Kristen, dan Hindu. 

Salah satu hal yang menarik perhatiannya tentang Islam adalah konsep tentang Allah yang tidak memiliki gender, yang membuatnya semakin tertarik pada agama ini.

4. Hamza Yusuf

Foto : Prime TRT World
Foto : Prime TRT World
Hamza Yusuf adalah seorang ulama Muslim Amerika yang terkenal sebagai cendekiawan dan penceramah Islam. Sebelum memeluk Islam, ia mempelajari berbagai agama, termasuk Katolik Roma dan Buddhisme.

Salah satu hal yang menarik perhatiannya tentang Islam adalah konsep tentang Tuhan yang tidak memiliki gender, yang membuatnya semakin tertarik pada agama Islam ini.

5. Amina Wadud

Foto: Feminism WTC
Foto: Feminism WTC
Amina Wadud adalah seorang profesor studi Islam di Virginia Commonwealth University dan telah menulis banyak buku dan artikel tentang feminisme Islam.

Dia berpendapat bahwa Tuhan tidak memiliki gender dan bahwa konsep Tuhan sebagai bapak atau laki-laki sering digunakan dalam tradisi keagamaan patriarkal.

Dia juga menemukan pencerahan dengan konsep ibu atau perempuan sebagai analogi untuk Tuhan untuk berbagai mahasiswa di masyarakat barat.

Saya ingin menekankan bahwa keputusan untuk memeluk agama adalah hak pribadi masing-masing individu dan harus dihormati, tanpa memandang latar belakang atau pandangan sebelumnya.

Namun, bagi mereka yang tertarik untuk memeluk Islam atau memahami lebih lanjut tentang ajaran Islam, sangat penting untuk mencari informasi yang akurat dan berkonsultasi dengan sumber yang terpercaya.

Foto : Fandom God Of War
Foto : Fandom God Of War

Dalam game God Of War menjelaskan Kratos merupakan seorang kesatria Sparta merupakan anak Tuhan wujud dari penjelemaan Tuhan maskulin bernama Zeus yang menikah dengan manusia biasa dengan gender perempuan yang feminis bernama Callisto. 

Siapa sangka kalau Kratos  sebagai Tuhan anak mampu harus berhadapan dengan sang Ibu dan Tuhan Bapak harus membunuhnya sehingga  tidak mungkin keduanya terpisah apalagi Tuhan bisa mati.

Callisto sudah terinfeksi oleh entitas "jauh lebih kuat" dari penyakit yang mematikan dan akhirnya mengakibatkan dirinya menjadi monster yang harus dibunuh oleh  Kratos.

Kratos, yang memanfaatkan sumber kekuatan yang ia sedot dari jantung Gaia, berhasil menusuk Zeus tepat ke jantung Gaia menggunakan pedang Olimpus yang pada akhirnya juga membunuh sang Titan Gaia, dan ayahnya Zeus. 

Belajar dari Game of War bahwa Tuhan seharusnya tanpa gender untuk menghormati hak-hak dan martabat semua manusia, tanpa memandang jenis kelamin atau status sosial mereka.

Jika Tuhan memiliki gender dan reproduksi. Maka, Permasalahan muncul antara Tuhan Bapak dan Tuhan Anak yang saling berseteru dalam game God of War.

Agama dalam Game God of War menyampaikan Tuhan memiliki gender dengan berbagai interpretasi sosok Bapak yang maskulin, sosok Ibu yang feminis, atau anak superior sedangkan dalam agama Islam Tuhan tidak memiliki gender sehingga Tuhan tidak seperti hubungan orangtua-anak.

Foto : marvel stuidio
Foto : marvel stuidio

Tuhan tidak perlu memiliki kekuatan seperti Dr. Strange memiliki kemampuan untuk melintasi semesta atau multidimensi karena Tuhan melebihi ruang dan waktu, dan melebihi material alam semesta.

Mislanya, Pengembangan dari cerita Marvel studio, Dr Strange  penasaran dan ingin mengetahui lebih banyak tentang Tuhan memutuskan untuk melakukan perjalanan melintasi semesta dan multidimensi yang ada. 

Dr. Strange berpikir bahwa jika ia dapat melewati batasan-batasan alam semesta, ia mungkin dapat menemukan Tuhan dan bertemu dengan-Nya secara langsung yang dijelaskan Dr. Rofi.

Namun, semakin jauh Dr. Strange pergi, semakin ia menyadari bahwa Tuhan tidak dapat ditemukan dengan cara seperti itu karena kekuatan dan kemampuan yang ia miliki sebagai manusia ternyata jauh lebih kecil daripada kekuatan yang dimiliki Tuhan.

Dr. Rofi menyampaikan dalam agama Islam, Tuhan tidak memiliki gender dan tidak dianggap orangtua karena Tuhan dianggap sebagai entitas yang Maha Kuasa dan sempurna, yang tidak terbatas oleh batasan-batasan material semesta apalagi batasan fisik atau gender.

Dr. Strange merasa kecil dan kerdil di hadapan keberadaan yang begitu agung, dan menyadari bahwa Tuhan tidak perlu memiliki kekuatan seperti Dr. Strange yang bisa melintasi semesta atau multidimensi. 

Kisah ini mudah disampaikan anak neo alfa dan neo beta sebagai keberadaan yang melebihi segala batasan, Tuhan sudah melebihi segala hal yang ada di alam semesta termasuk kekuatan Dr. Strange melintasi semesta dan multidimensi.

Anak Rofi akhirnya menyadari bahwa untuk dapat mengenal Tuhan, ia perlu melepaskan egonya dan menyerah kepada keberadaan yang lebih besar dari dirinya sendiri karena mereka memahami bahwa Tuhan tidak hanya ada di luar sana, melainkan juga hadir di dalam dirinya sendiri dan dalam semua kehidupan yang ada di alam semesta ini.

Dengan demikian, ia menemukan kedamaian dan kebijaksanaan yang sesungguhnya, dan mengalami hubungan yang lebih dalam dengan keberadaan yang transenden yang disebut sebagai Tuhan.

Sebab, Dialah Allah, Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan yang menguasai di Hari Pembalasan kelak dipercaya dalam banyak agama Islam, Tuhan dianggap sebagai entitas yang transenden, atau melebihi dunia material dan segala hal yang ada di dalamnya. Dalam konteks transenden ini, Tuhan dianggap sebagai sesuatu yang tak terjangkau oleh batasan fisik atau sosial, termasuk gender.

Artinya sebagai prinsip yang mendasari segala sesuatu, dan dianggap tak terduga atau transenden, yang berarti tidak memiliki sifat fisik atau gender.

Tuhan dianggap ummat Islam sebagai sesuatu yang tidak dapat divisualisasikan dengan patung pria yang maskulin, patung wanita yang feminis ataupun patung anak yang superior seperti Kratos, yang menunjukkan bahwa Tuhan tidak terikat oleh batasan fisik atau sosial tertentu.

Oleh karena itu, Tuhan dapat dilihat sebagai kekuatan universal yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk manusia atau memiliki atribut gender tertentu seperti patung maskulin dan patung feminis.

Pembuatan patung atau gambaran fisik memerlukan biaya tinggi tidak mewakili Tuhan sering kali dianggap sebagai tindakan yang melanggar prinsip-prinsip Tuhan tanpa gender dikenal tidak etis merendahkanNya.

Hal ini karena mewakili Tuhan dalam bentuk patung atau gambaran fisik dapat menimbulkan kesalahpahaman atau penyelewengan terhadap esensi sebenarnya dari kepercayaan Islam tersebut.

Konsep ini sangat penting dalam agama Islam, karena memastikan bahwa Tuhan tidak dapat dipersepsikan sebagai sesuatu yang terbatas oleh batasan gender atau bentuk fisik apapun.

Tuhan tanpa gender tidak dianggap memiliki keturunan atau tidak reproduksi, Kita harus memahami bahwa Islam tidak mengenal diskriminasi gender menyembah Tuhan Bapak, Tuhan Ibu, dan Tuhan anak.

Pandangan ini tercermin dalam ayat-ayat Al-Qur'an yang menyatakan bahwa "tidak ada yang sebanding dengan-Nya" (QS. Asy-Syura: 11) dan "Dia tidak beranak dan tidak diperanakan" (QS. Al-Ikhlas: 3)

Tuhan tidak dianggap sebagai entitas yang memiliki sifat reproduksi seperti manusia atau makhluk hidup lainnya memiliki fungsi berkembang biak.

Hal ini sangat penting, terutama mengingat sejarah panjang diskriminasi terhadap wanita yang masih terjadi di banyak negara di seluruh dunia karena Tuhan adalah laki-laki yang maskulin.

Diskriminasi gender tidak hanya melanggar hak-hak manusia, tetapi juga bertentangan dengan keyakinan Islam yang menekankan kesetaraan dan keadilan untuk semua manusia, tanpa memandang jenis kelamin atau status sosial seperti laki-laki dan perempuan.

Dalam agama Islam, Allah menegaskan bahwa semua manusia dilahirkan sama dan memiliki hak yang sama sesuai dalam Al-Quran, Tuhan menyatakan bahwa:

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat: 13).

Ayat ini menekankan bahwa nilai sejati seseorang bukanlah berdasarkan gender, tetapi berdasarkan ketakwaan kepada Allah sebagai Tuhan tanpa gender.

Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus memastikan bahwa praktek-praktek dan nilai-nilai kita sejalan dengan prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan yang dipegang oleh agama Islam.

Kita harus menghormati hak-hak dan martabat semua manusia, terlepas dari jenis kelamin atau status sosial mereka.

Dalam hal ini, kita harus mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW, yang selalu memperlakukan semua orang dengan adil dan merata, tanpa memandang jenis kelamin atau latar belakang sosial mereka.

Ada beberapa alasan mengapa Islam tidak diskriminasi gender dan Tuhan tidak memiliki gender, di antaranya adalah:

Ajaran Islam menekankan kesetaraan dan keadilan antara manusia, tanpa memandang jenis kelamin, ras, atau latar belakang sosial.

Semua manusia dianggap sama di hadapan Allah dan memiliki hak yang sama untuk diperlakukan dengan adil dan merata.

Tuhan dianggap sebagai entitas yang maha kuasa dan sempurna yang tidak terbatas oleh batasan-batasan fisik atau gender.

Kekuatan universal Tuhan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk manusia atau memiliki atribut gender tertentu.

Penekanan pada nilai-nilai kemanusiaan: Islam menekankan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan seperti belas kasihan, pengampunan, dan toleransi.

Hal ini memastikan bahwa umat Islam tidak membedakan antara jenis kelamin dan memperlakukan semua orang dengan cara yang sama seperti teladan Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW adalah teladan bagi umat Islam dan selalu memperlakukan semua orang dengan adil dan merata, tanpa memandang jenis kelamin atau latar belakang sosial mereka.

Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan agar umat Islam memperlakukan laki-laki dan perempuan dengan hormat dan menghargai hak-hak mereka dan kewajiban-kewajiban mereka.

Dengan demikian, Islam tidak diskriminasi gender dan Tuhan tidak memiliki gender karena Islam menekankan nilai-nilai kemanusiaan yang penting, kesetaraan dan keadilan, serta melihat Tuhan sebagai entitas yang tidak terbatas oleh batasan-batasan fisik atau gender.

Hal ini memastikan bahwa umat Islam memperlakukan semua orang dengan adil dan merata, tanpa memandang jenis kelamin atau latar belakang sosial mereka, serta menghormati hak-hak dan martabat setiap individu.

Dalam agama Islam Tuhan tidak memiliki gender sehingga orang Islam tidak muncul pikiran gender yang aneh-aneh dalam doa.

Tuhan tidak memiliki gender, sehingga  tidak muncul pikiran gender yang aneh-aneh dalam doa digambarkan dalam bentuk manusia atau memiliki atribut gender tertentu.

Dalam Islam, doa merupakan suatu bentuk ibadah yang sangat penting dan harus dilakukan dengan tulus dan ikhlas, tanpa memandang jenis kelamin.

Ketika kamu berbicara dengan Allah dengan bahasa yang sopan dan hormat lebih daripa kamu bicara kepada ayah yang maskulin dan ibu feminis, dapat membawa banyak manfaat bagi kehidupan kamu.

Berikut adalah beberapa manfaat dan keuntungan Tuhan tanpa gender bagi manusia:


1. Sumber inspirasi dan motivasi

Foto: shuterstock
Foto: shuterstock
Keyakinan pada Tuhan dapat memberikan manusia inspirasi dan motivasi untuk melakukan hal-hal baik dalam tugas hidup.

Kepercayaan pada kekuatan yang lebih besar dan bermakna dapat memotivasi seseorang untuk melakukan tindakan yang baik dan positif.

2. Panduan moral

Foto :Rise of Nations via medcom
Foto :Rise of Nations via medcom

Tuhan tanpa gender juga sering dianggap sebagai panduan moral yang memberikan pedoman tentang bagaimana manusia harus hidup.

Keyakinan pada Tuhan dapat membantu manusia memperoleh nilai moral yang positif dan membentuk karakter mereka.

3. Penghibur

Foto : Denny Cagur Tv
Foto : Denny Cagur Tv
Tuhan tanpa gender juga sering dianggap sebagai penghibur dan tempat berlindung bagi manusia dari kerasnya diskriminasi gender dengan semua streotipenya.


Pandangan hiburan ini sesuai  "Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita,"At-Taubahayat 40.

Dalam situasi-situasi sulit atau penuh tekanan, kepercayaan pada Tuhan tanpa gender dapat memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi manusia tanpa membeda-bedakan ciptaanya berdasarkan gender.

4. Pembentuk identitas

Sumber : Ganjar Pranowo/IG
Sumber : Ganjar Pranowo/IG
Keyakinan pada Tuhan tanpa gender bisa membantu membentuk identitas manusia yang inklusif.

Agama Islam pada Tuhan tanpa gender dapat menjadi bagian penting dari identitas seseorang dan dapat membantu manusia merasa terhubung dengan sesama penganut keyakinan yang sama.

5. Mendorong pengembangan spiritual

Foto :shutterstock
Foto :shutterstock
Keyakinan pada Tuhan tanpa gender dapat membantu manusia mengembangkan dimensi spiritual dalam hidup mereka.

Menghubungkan diri yang kecil sebagai mikrokosmos dengan sumber yang lebih besar sebagai Tuhan.

6. Memberikan harapan

Foto :shuterstock
Foto :shuterstock
Keyakinan pada Tuhan tanla dapat memberikan harapan pada manusia ketika menghadapi masa-masa sulit.

Keyakinan bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang peduli dan membantu manusia bisa membantu mengatasi rasa putus asa dan memberikan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Dengan demikian perjalanan saya bermakna bisa membantu meningkatkan rasa keterhubungan dengan dunia sekitar dan mengarahkan manusia pada tujuan spiritual yang lebih tinggi.

Dalam doa, umat Islam mengakui bahwa mereka adalah hamba Allah yang lemah dan membutuhkan pertolongan-Nya dalam segala hal.

Doa juga merupakan sarana untuk memohon ampunan dan pengampunan dosa-dosa yang telah dilakukan.

Doa tidak dipandang sebagai suatu upaya untuk memperoleh keuntungan pribadi atau untuk memuaskan keinginan pribadi, tetapi sebagai suatu bentuk ibadah dan penghormatan kepada Allah.

Dalam Islam, doa dianggap sebagai suatu bentuk ibadah yang sangat penting dan dapat membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia.

Ketika doa dilakukan dengan penuh keikhlasan dan keyakinan, umat Islam percaya bahwa Allah akan mendengarkan doa mereka dan memberikan pertolongan serta keberkahan dalam hidup mereka.

Tuhan Tanpa Gender tidak bertentangan dengan Agama Islam

Dalam kesimpulannya, dalam agama Islam, Tuhan tidak memiliki gender, sehingga tidak muncul pikiran gender yang aneh-aneh seperti alpha male atau alpha female dalam doa dan interaksi sosial tanpa diskriminasi fisik atau gender.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun