Karena itu, tidak ada orang, sebijak apa pun komunis Tiongkok dan demokratis Taiwan, yang mampu menghindari segala konsekuensi buruk itu, belum lagi sebagai saudara se-konfusianisme.
Tentara Pembebasan Rakyat  (Komunis Tiongkok) dan Tentara Revolusi Nasional (Demokratis Taiwan) pasti menerapkan strategi perang ala Sun Tzu agar mereka bisa menang dengan semua konsekuensi transisi kekuasaan seluruh Tiongkok ke Taiwan atau sebaliknya.
Sebenarnya masyarakat Tiongkok dan Taiwan sudah sama-sama nyaman menikmati dari stabilitas masing-masing wilayah dengan bisnis yang besar keuntungan sehingga penolakan perang terbuka makin pasti. Bukankah perang saudara se-konfusianisme tidak baik bagi konfusianisme?
Masing-masing mereka dari kelas atas (Tiongkok dan Taiwan) sudah bisa hidup mewah dan beli barang mewah sehingga penolakan terjadi dari masyarakat atas Republik Rakyat Tiongkok untuk unifikasi dengan Taiwan dengan jalur perang terbuka.
Mereka (masyarakat Tiongkok) lebih ingin unifikasi dengan Taiwan secara hukum dengan hak otonomi khusus sebagaimana Aceh, Sumatra Barat, dan Jawa Barat diperbolehkan menerpakan syariat Islam. Begitu juga Taiwan dengan hak otonomi khusus mengelola provinsinya yang demokratis.
Masyarakat Tiongkok berpegang pada konfusianisme tidak ingin perang terbuka kecuali ada faktor mendesak seperti syahwat menumpas darah masyarakat Tiongkok oleh Taiwan yang ingin merdeka sendiri untuk demokrasi semata dengan menjauhi nilai konfusianisme dari pikiran mereka.
Refleksi invasi Jepang ke Republik Tiongkok membangun persatuan karena musuh bersama namun kini mereka kehilangan musuh bersama. Itulah mengapa Komunis Tiongkok (mayoritas di RRT) dan Demokratis Taiwan (minoritas di RRT dengan dukungan AS) harus menciptakan musuh bersama agar mereka tidak perang saudara (sesama konfusianisme).
Catatan
Resolusi konfusianisme untuk mengambil suara atas usulan resolusi yang diajukan kepada Tiongkok dan Taiwan terkait pencegahan perang saudara sesuai akar sosial kebudayaan yang sama .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H