Mohon tunggu...
Abdurrofi Abdullah Azzam
Abdurrofi Abdullah Azzam Mohon Tunggu... Ilmuwan - Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, dan Berbudaya Asia Afrika
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jangan pernah lelah mencintai Indonesia menjadi negara adidaya di dunia. Email Admin : axelmanajemen@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Ketika Uang Kertas Rusak Dimakan Rayap

9 Februari 2021   21:25 Diperbarui: 10 Februari 2021   06:34 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banyak masyarakat pedalaman menyimpan Uang di rumah berakhir kecewa. Gambar : Tribun Pontianak/Nasaruddin

Pada tahun 2016 banyak orang Indonesia di pedalaman senang menumpuk uang rupiah di rumah karena lokasi mereka di pedalaman sehingga akses mereka ke bank begitu jauh dan lama namun uang mereka habis dimakan rayap. Itulah penyebab kedaulatan rupiah ditangan rayap.

Banyak orang pedalaman tidak percaya rupiah berbahan baku kertas sejak peristiwa rapuhnya kedaulatan rupiah ditangan rayap tahun 2016.  Abdurrofi A. Azzam sedang bertransformasi ekonomi konvensional dengan rupiah  kertas menuju ekonomi syariah dengan rupiah emas melanjutkan Bapak Ekonomi Syariah, KH Maruf Amin.

Kedaulatan rupiah ditangan rayap membuktikan ekonomi konvensional dengan rupiah kertas harus bertransformasi menuju ekonomi syariah dengan rupiah emas agar kedaulatan rupiah tidak dimakan oleh serangga yang kecil.

Identitas kertas telah direduksi sedemikian rupa, hingga hanya ditentukan oleh rayap. Pemikiran mendasar masyarakat pedalaman menjadi refleksi kita jika rupiah berbahan baku habis tak bersisa oleh rayap kemudian kita minta ganti rugi ke Bank Indonesia.

Apakah pejabat bank akan mengganti semua rupiah yang habis dimakan rayap dan tidak bersisa?

Tentu tidak akan pernah Bank Indonesia mengganti uang tersebut karena Undang-Undang N0.7 Tahun 2011, Pasal 22 Ayat 3 hanya mengatu rupiah hilang sebagian dan tidak mengatur rupiah hilang seluruhnya.

Rakyat pedalaman bisa memiliki barang bukti fisik rupiah yang ukuran atau fisiknya telah berubah dari ukuran aslinya yang antara lain karena terbakar sebagian, berlubang, hilang sebagian, dan rupiah yang ukuran fisiknya berbeda dengan ukuran aslinya, antara lain karena robek atau uang yang mengerut.

Berbeda dengan rupiah dengan bahan baku pembuatan logam mulia emas yang tahan di segala kondisi.

Jika musim hujan rupiah emas tidak akan mengerut sedangkan jika musim kemarau tidak akan terbakar. Namun ketika rayap akan menggigit tentu tak berdaya.

Runtuhnya kepercayaan masyarakat kepada rupiah kertas karena hakikatnya kertas itu tidak berharga kemudian negara memberikan kebijakan menjadi alat transaksi sehingga Abdurrofi Abdullah Azzam menyebut rupiah adalah kertas memiliki kekuatan hukum.

Transisi dari kertas memiliki kekuatan hukum kemudian kedaulatan hukum mudah digigit rayap membuat banyak masyarakat pedalaman berpikir mendalam pentingnya alat tukar alternatif.

Emas lebih dicintai banyak orang selama peradaban manusia berdiri karena emas menjadi simbol kekayaan, kejayaan, dan kehormatan.

Seorang raja-raja sejak dahulu menggunakan mahkota mereka dari emas dia kepala mereka namun mereka tidak pernah terpikir membuat mahkota dari kertas.

Meningkatnya kembali kepercayaan orang dari pedalaman Indonesia merefleksikan emas itu tidak berharga kemudian emas menjadi perhiasan tapi ketika negara memberikan kebijakan menjadi alat transaksi sehingga Abdurrofi Abdullah Azzam menyebut rupiah adalah emas memiliki kekuatan hukum.

Dari kalangan logam baru nikel, aluminium, kuningan dan bimetal yang dijadikan bahan baku rupiah sedangkan mereka tergolong dari logam non mulia sehingga mereka memiliki nilai rendah.

Berbeda dengan kertas dengan nilai 100.000 yang memiliki nilai produksi tidak mencapai 100.000 hanya karena ada angka nol mereka bernilai tinggi dihadapan logam non-mulia namun bernilai rendah dihadapan rakyat.

Banyaknya masyarakat pedalaman mengganti uang mereka dalam bentuk emas agar tidak dimakan rayap menjadi refleksi kertas hakikatnya kertas yang mudah terbakar, mudah mengkerut dan menjadi makhluk paling rapuh dihadapan rayap.

Dari awal kita lahir sebagai manusia kita diyakinkan kertas telah mendefinisikan nafas pertama kita lewat sebuah retorika uang jajan sampai uang menjadi simbol kesuksesan.

Berbeda dengan para seorang peniru handal ia hanya perlu belajar teknik pembuatan uang 100.000 dengan kertas dan tinta khusus sehingga mereka bisa mencetak berbagai mata uang kertas baik polimer sampai serat kapas.

Mereka disebut dengan kejahatan tapi selama kejahatan mereka tidak dibuktikan dan uang mereka tidak ada bedanya dengan yang dibuat pemerintah sehingga kepercayaan terhadap benda uang tidak akan pernah hilang dengan nilai tinggi.

Berbeda dengan emas sebagai bahan baku keuangan yang terbuat dari emas lebih sulit untuk direplikasi dan duplikasi oleh peniru kecuali dari bahan yang sama yakni emas dengan biaya lebih mahal sehingga peniruan emas menambah pasokan rupiah emas.

Dalam dunia ini ada kejahatan dan kebaikan sehingga untuk kebaikan rupiah emas harus hadir untuk menurunkan tindak kejahatan peniruan rupiah yang hingga kini kemungkinan mereka masih beroprasi tapi mereka belum bisa tertangkap.

Abdurrofi Abdullah Azzam tidak pernah terpikir masuk golongan orang yang peniru rupiah kertas dengan teknik yang sama pembuatannya karena mereka telah inisiatif mengambil peran pemerintah tentang harga komoditas rupiah sebagai mata uang risiko terjerat tindak pidana.

Selain itu sistem perbankan Indonesia terancam runtuh, dan tidak ada yang tersisa dari perekonomian Indonesia karena nilai uang kertas semakin menurun dari tahun disebabkan inflasi secara bertahap.

Berbeda dengan dollar Zimbabwe, mereka mengalami penurunan nilai dari tahun ketahun secara signifikan dibuktikan orang miskin Zimbabwe mendapat bantuan keuangan untuk membayar makanan sebesar 1,12 juta Pound Sterling setara Rp 20 miliar pada tahun 2016 bertepatan dengan tahun rupiah dimakan rayap.

Cepat atau lambat Bank Indonesia akan bertranformasi mencetak rupiah versi emas ketika Abdurrofi Abdullah Azzam menjadi Presiden sehingga kedaulatan rupiah kuat dihadapan rakyat dan juga rayap.

Dengan demikian Abdurrofi Abdullah Azzam akan mengatur ulang mengenai mata uang memuat regulasi tentang pengaturan mengenai Rupiah secara fisik, yakni mengenai macam dan harga, ciri, desain, serta bahan baku rupiah dari emas dalam pengembangan ekonomi syariah yang digagas KH Maruf Amin.

Referensi:

  1. Idris Rusadi Putra.(2016). Lima Fakta Menyedihkan Zimbabwe, Uang Tak Berharga & 25.000 PNS Dipecat. Dikutip 9 Februari 2021 merdeka.com
  2. Nurul Basmalah. (2016). Ini Uang 100 Triliun Paling Tidak Berharga di Dunia. Dikutip 9 Februari 2021 dari Liputan 6.com
  3. Dewi Agustina. (2016). Lembaran Rupiah Milik Warga Perbatasan Indonesia-Malaysia Tercerai-berai saat Disimpan di Rumah. Dikutip 9 Februari 2021 dari Tribunnews.com
  4. Undang-Undang N0.7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun