Mohon tunggu...
Abdurrazzaq Zanky
Abdurrazzaq Zanky Mohon Tunggu... Petani - petani.

Senang membaca segala jenis buku, nulis diary, mengamati lingkungan alam dan sosial, menertawakan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Memulai Hari Dengan Puisi

24 November 2024   13:37 Diperbarui: 24 November 2024   13:42 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://commons.wikimedia.org/

Memulai Hari Dengan Puisi

Pagi di desa dimulai dengan suara-suara unggas bersahutan:

kokok ayam, nyanyian burung-burung di ranting dan dahan.

Saya biasa pergi ke sawah jam 6 pagi. Merasakan dan

menghirup udara segar yang bercampur wewangian

bunga-bunga liar. Merasakan leleran embun dari semak

rumput di jalan setapak. Ada capung yang beterbangan

kian kemari, ada burung ruak-ruak yang ribut sejak malam

tadi, ada semburat merah muda yang membias dari rona

matahari, ada kabut tipis yang menggantung di sela barisan

kelapa dan pohon kenari.

Desa kami berada pada sebuah dataran antara daerah

pegunungan dan pesisir. Suhu selalu berkisar antara

25 sampai 33 derajat celcius. Tidak terlalu panas juga

tidak sampai bikin orang menggigil. Daerah kami adalah

daerah transisi antara dua ekstrim ini: deretan pegunungan

kabupaten Tanah Laut yang dingin dan wilayah luar

kabupaten Banjar yang panas karena berada di muara

sungai Barito. Kata orang pesisir, kami mempunyai

lahan yang bagus karena tidak masuk area pasang surut.

Tidak ada pengaruh dari air laut. Waktu kerja juga panjang.

Bisa sampai sehari penuh. Alhamdulillah.

Awal musim tanam seperti sekarang adalah saat yang paling

dirindukan. Setelah vakum selama hampir tiga bulan, kembali

bekerja sungguh menggembirakan. Ada optimisme baru

dan harapan lebih besar dari tahun-tahun lalu. Ada doa

dan titipan amanah yang kembali menjadi baru.

Kalau puisi itu adalah keindahan dan kedalaman, maka

bekerja dengan penuh kesadaran adalah juga sebuah sajak

tersendiri. Dari pematang tempat berdiri, saya dapat

menyaksikan puluhan anak sekolah bersepeda dan jalan

kaki. Menyongsong masa depan mereka yang berseri-seri.

Jam delapan, sayup terdengar bunyi lonceng dan

pemberitahuan lewat pengeras suara, bahwa pelajaran

akan segera dimulai. Dua dari anak-anak ceria itu adalah

anak-anak kami sendiri. Alangkah senang hati, bahwa apa

yang saya kerjakan dari musim ke musim, bisa menunjang

kegembiraan dan keceriaan bocah-bocah alam ini.

Memang ada masanya saya tertegun sendirian, ketika panen

gagal atau ada teman dan keluarga meninggal. Ada kesan kuat

betapa sia-sianya hidup. Betapa rawannya segala apa yang

saya perjuangkan. Betapa rapuh sejengkal tanah yang saya

pertahankan mati-matian. Untunglah saya berada di tengah

panorama alam yang penuh inspirasi. Bergaul dengan teman

dan lingkungan yang santun dan jauh dari basa-basi. Kehidupan

yang nyaris murni ini, mengingatkan saya senantiasa pada

kehidupan lain yang kekal abadi. Ya, seperti sering dikatakan

para mistikus, kehidupan hati kita yang sekarang adalah

gambaran kecil dari kehidupan kekal kita di masa yang akan

datang. Maka, kalau puisi adalah kristalisasi dari keindahan

dan kedalaman, saya adalah orang yang sangat beruntung.

Karena jauh di lubuk hati, saya selalu dapat merasakan hadirnya

pesona dan keindahan alam yang berjalin berkelindan dengan

pesona dan keindahan dunia lain entah di mana, yang diam-diam

merindukan saya siang malam.

"Orang yang menjadikan Tuhan sebagai saksi kehidupan,

jiwanya akan bangkit membubung tinggi menggapai dunia

keselarasan, dimana ia akan dapat merasakan denyut

jantung hakiki keabadian."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun