Mohon tunggu...
Abdurrazzaq Zanky
Abdurrazzaq Zanky Mohon Tunggu... Petani - petani.

Senang membaca segala jenis buku, nulis diary, mengamati lingkungan alam dan sosial, menertawakan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Jejak Kenangan di Antara Buku-Buku Usang

23 November 2024   20:07 Diperbarui: 23 November 2024   23:00 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jejak Kenangan Di Antara Buku-buku Usang

Puluhan koleksi buku yang saya simpan kebanyakan telah

usang. Sebagian besar saya beli ketika masih bujangan.

Ada buku Sayyid Qutb dan Iwan Gayo yang saya beli ketika

pertama kali mendapat gaji sebagai guru ngaji. Waktu itu saya

berumur 16 tahun. Saya sering bertengkar dengan murid dan

mereka selalu meminta saya bercerita sehabis pelajaran usai.

Ada buku-buku terjemahan karya Gibran oleh Bu Sri Kusdiantinah

terbitan Pustaka Jaya yang saya beli di toko Gramedia di pusat

kota Banjarmasin. Gedung tempat toko tersebut ikut ludes terbakar

dalam peristiwa Jumat Kelabu tanggal 23 Mei 1997, dan sekarang

telah berganti jadi toko peralatan olahraga.

Puluhan buku Cak Nun dan Umar Kayam, kadang masih suka

saya baca. Sekedar untuk bernostagia. Betapa dalam pemikiran

mereka dan betapa cekak isi kepala saya. Ada beberapa buku

yang sangat berharga, buku-buku yang saya beli ketika pacaran.

Buku-buku ini kebanyakan buku puisi dan analisnya, yang kadang

saya kutip mentah-mentah dalam sejumlah surat cinta.

Setiap kali melihat buku ini, istri saya selalu tertawa.

Alangkah tolol dia dulunya. Mau saja dirayu dengan

cuplikan-cuplikan plagiat dan untaian kata mutiara

yang ternyata adalah dusta.

Di masa-masa darurat, saya terpaksa mengkopi sejumlah buku

yang begitu saya kagumi: antoligi sajak Subagio, Sapardi,

Goenawan Mohamad, dan Abdul Hadi. Hingga sekarang semua

masih tersimpan rapi. Teori-teori klasik tentang semiotika juga

masih kerap saya buka-buka. Ternyata memang nggak ada matinya

si Roman Jacobson dan Velix Vodicka. Bisa-bisanya mereka

memikirkan secara rinci kode-kode bahasa dan tanda. Meretas

simpul-simpul pemikiran, algoritma makna, seluruh jejaring

penanda dan petanda secara gamblang dalam sudut pandang

yang sebangun dengan linieritas logika.

Mengamati buku-buku usang itu seperti menerawang sebagian

kenangan yang, tak dapat tidak, perlahan mulai membeku. Tak

lagi mampu menyuratkan kekekalan waktu. Dulu, ketika saya

terpapar sepenuhnya dalam asyik masyuk candu buku-buku,

semua terasa akan tergapai. Tidak ada misteri yang tidak bisa

saya capai. Anggapan kuat itu sekarang telah selesai. Apa yang

dulu saya merasa mampu, ternyata adanya tidaklah begitu.

Otak dan benak saya segera dijejali hal-hal lain ketika sudah

menikah. Urusan makan dan belanja segera mengambil alih

kebiasaan merenung dan mereka-reka. Kepada urusan mencari

nafkalah waktu banyak tersita.

Dunia telah banyak berubah. Apa yang dulu terasa penting, kini

jadi biasa-biasa saja. Pemikiran dan kontemplasi sudah banyak

tergerus pragmatisme dan orientasi hedon yang terus-menerus

mengalami update dan aktualisasi. Memandangi buku-buku usang

itu, membuat saya merenung-renung dan bertanya, bagaimana

semua ini nanti jadinya. Apakah ada yang akan meneruskan

jejak rohani yang melekat pada halaman-halaman lusuhnya?

Siapakah lagi yang bersedia duduk pada suatu sudut sepi,

bercakap dengan lembut hati, menyimak suara-suara abad,

menyauk dengan rakus kedalaman wawasan orang-orang bijak?

Kenangan yang melekat pada buku-buku usang ini sesungguhnya

adalah nostalgia yang dulu saya idam-idamkan tentang masa depan.

Harapan tentang dunia yang tercerahkan. Sebuah kehidupan yang

dituntun oleh akal budi dan sejarah panjang kearifan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun