jadi biasa-biasa saja. Pemikiran dan kontemplasi sudah banyak
tergerus pragmatisme dan orientasi hedon yang terus-menerus
mengalami update dan aktualisasi. Memandangi buku-buku usang
itu, membuat saya merenung-renung dan bertanya, bagaimana
semua ini nanti jadinya. Apakah ada yang akan meneruskan
jejak rohani yang melekat pada halaman-halaman lusuhnya?
Siapakah lagi yang bersedia duduk pada suatu sudut sepi,
bercakap dengan lembut hati, menyimak suara-suara abad,
menyauk dengan rakus kedalaman wawasan orang-orang bijak?
Kenangan yang melekat pada buku-buku usang ini sesungguhnya
adalah nostalgia yang dulu saya idam-idamkan tentang masa depan.