ketika mendengar dikau sampai di kota
dan akan mengadakan perjamuan malam di sana
hatiku pecah oleh harapan-harapan terpendam
seperti bibir kemarau yang terbuka sepanjang tahun
sia-sia menghirup setetes embun,
aku berkemas dan membuat persiapan-
tapi apa yang akan kusunggi ke perjamuan?
terkenang semua hari silam
yang kini tinggal bayang-bayang:
aku hanya terpaku menatap limpahan
tanpa sempat membasuh muka
atau sekedar mencelupkan kaki di sana,
hatiku mengkerut di sudut senja usia
perempuan renta
apa yang akan kau persembahkan pada sang Raja?
malam tiba
seisi desa bergegas ke kota
angin menyerbukkan wangi setanggi dupa
obor-obor megah dari kuningan
menyerikan semarak beribu bintang,
kubungkus saja segenggam bibit padi
sisa tahun lalu yang belum sempat kutaburkan-
betapa menyesal si tua tak tahu malu ini
kenapa masih seperti remaja ingusan
tak mencadangkan bibit buat seluruh hari depan
sampai di gerbang kota
obor-obor yang tadi menandingi megah angkasa
padam seketika
sang Raja batal bermalam di sana
dan memilih melanjutkan perjalanan
demi mengunjungi seorang sahabat lama di desa
                  Gambut, Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H