Mohon tunggu...
Abdu Rozaqi
Abdu Rozaqi Mohon Tunggu... - -

Stay Foolish, Stay Hungry

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Minat Baca Buku yang Rendah dan "Spirit Renaissance"

31 Agustus 2017   12:53 Diperbarui: 2 September 2017   11:55 2894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era Renaissance ini, banyak penemuan-penemuan baru diciptakan, memudahkan mereka menciptakan ilmu navigasi dan pelayaran, ilmu membuat peta, dan banyak orang berlomba-lomba menjadi explorer demi menjelajah lautan dan mencari hal-hal baru. 

Para ilmuwan dan pakar science bermunculan. Para Explorer ini, niat awal mereka sebenarnya bukan untuk menjajah, tetapi untuk melakukan eksplorasi maritim di wilayah-wilayah baru di seluruh dunia. Periode Rennaissance ini juga ditandai oleh ketertarikan masyarakat di barat terhadap filsafat, psikologi, humanisme, sastra, musik, teknologi, arsitektur, geografi, science, ilmu maritim, taktik perang, dan sebagainya. 

Bisa disebut Rennaissance merupakan Revolusi Mental orang barat yang sudah terbentuk jauh hari sebelum Indonesia di tahun 2016 mulai mencoba menerapkan Revolusi Mental. Namun, Periode Rennaissance yang terjadi di awal tahun 1400an hingga 1700an bukan saja merupakan revolusi mental umat manusia di barat, tetapi juga merupakan revolusi manusia dari segi pemikiran, dan membuka cakrawala yang lebih luas lagi terhadap teknologi dan ilmu pengetahuan. 

Nah, periode Rennaissance inilah awal mula mengapa orang barat suka membaca buku. Karena buku adalah sumber ilmu dan wawasan. Dari sinilah kita bisa mengetahui perbedaan minat baca antara orang Indonesia dan orang barat yang sudah jauh-jauh hari mengalami revolusi dari segi pemikiran dan science.

Bukan hanya itu saja. Pada tahun 1800an, Periode Enlightment muncul di barat. Periode ini disebut juga periode Age of Reason (periode science/logika pemikiran). Periode Pencerahan ini muncul 100 tahun setelah periode Rennaissance. Pemikiran dan pandangan lama di era Rennaissance, mulai dianalisa dan diperbaiki di Periode Pencerahan. 

Science mulai disempurnakan kembali dan teori-teorinya dipisahkan antara mana teori yang akurat dan yang tidak terlalu akurat. Pandangan seperti Kebebasan Berpendapat, toleransi, hubungan antar manusia, ilmu pemerintahan, berkembang pesat. 

Zaman Pencerahan ini melengkapi apa-apa yang harus diperbaiki dan dilengkapi di zaman sebelumnya. Periode Pencerahan juga sangat menjunjung tinggi science, bacaan, sastra, ilmu pengetahuan, dan hal-hal yang bermanfaat lainnya. Semua orang merasa seperti terlahir kembali, terlahir dengan revolusi mental pemikiran dan logika yang sempurna. 

Sisi minus dari Periode Pencerahan ini adalah mulai diterapkannya paham sekuler yakni pemisahan absolut antara pemerintahan dan agama. Tapi masih tetap berpegang teguh terhadap agama dan tetap memelihara eksistensi gereja. Sisi minus lainnya dari Abad Pencerahan itu adalah kurangnya Spiritual Awareness (Kesadaran Spiritual/kesadaran beragama) dan manusia-manusia barat pada saat itu lebih berfokus kepada Scientific-Oriented Thinking, Tolerance, Humanity, Arts, and Masterpieces.

Dua Periode di atas, yakni Rennaissance dan Enlightment, merupakan dua periode gemilang yang membuka mata manusia akan pencarian absolut akan ilmu pengetahuan dan science. Jika Rennaissance membuka mata akan hampir semua ilmu, Enlightment melengkapinya dengan pemikiran science dan logika berpikir yang sistematis dan cemerlang. Dua periode itu, bisa dikatakan merupakan sumbangsih yang besar bagi masyarakat dunia barat dan merupakan dua periode yang membuat mengapa masyarakat barat saat ini begitu "kecanduan" terhadap buku dan literatur.

Sekarang bandingkan dengan masyarakat yang ada di negara-negara berkembang di tahun 1700-1800an yang sama sekali tidak melakukan pencarian ilmu dan tidak berfokus terhadap penelitian science, serta pandangan dan pemikiran mereka tidak mengalami revolusi pencerahan. Jelas dari kondisi tersebut terdapat dua jenis SDM yang jelas-jelas sangat berbeda. Bukan masalah pintar, atau bodoh, tetapi lebih kepada SDM yang ber-wawasan, memaknai science sebagai ilmu absolut, dan "haus" akan ilmu pengetahuan. 

Yang satu menjunjung tinggi ilmu absolut dan menghargai semua karya orang lain. Yang satunya merupakan SDM yang masih berpikiran sempit dan tradisional yang masih percaya takhayul dan masih berkutat di mistisme-klenik serta pemujaan dan pemaknaan yang berlebihan terhadap lingkungan sekitar, alam, makhluk halus, sesajen, dan sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun