Mengapa setelah menanyakan umur lalu ditanyakan pula tentang masa muda, padahal masa muda itu bagian dari umur juga?
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan bahwa manusia itu akan ditanyakan umurnya secara umum dan masa mudanya secara khusus, karena masa muda selain bagian daripada umur, juga memiliki arti yang istimewa, sebagai masa kehidupan yang ceria dan penuh dengan cita-cita, juga merupakan masa di antara dua kelemahan, yaitu kelemahan masa anak-anak dan kelemahan masa tua.Â
Sebagaimana dilukiskan Al-Qur'an:Â
"Allah, Dia-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan kamu sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban." (QS. 30: 54)
Masa-masa muda tergolong dalam usia produktif. Kondisi fisik masih prima dan pikiran masih fresh. Banyak hal-hal besar dan bermanfaat yang bisa dilakukan.Â
Lihatlah dalam panggung sejarah berapa banyak pemuda yang berhasil mengukir prestasi yang gemilang. Misalnya, Usamah bin Zaid, 18 tahun, memimpin pasukan yang anggotanya adalah para pembesar sahabat seperti Abu Bakar dan Umar untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat pada masa itu.
Zaid bin Tsabit, 13 tahun, menjadi sekertaris Nabi, hafal Kitabullah dan ikut serta dalam kodifikasi Al-Qur'an. Muhammad Al-Fatih, 22 tahun, menaklukkan Konstantinopel ibu kota Byzantium pada saat para jenderal agung merasa putus asa. Dan masih banyak lagi pemuda-pemuda lain yang berhasil mengukir sejarah dalam usia produktif tersebut.
Pertanyaannya, hal besar apa yang sudah kita lakukan hingga saat ini?
Sejarah pemuda-pemuda hebat di atas harus menjadi teladan bagi kita. Masih ada waktu buat kita untuk mengukir sejarah yang baik dan dikenang banyak orang. Kuncinya adalah kita punya tekad yang kuat dan mau bersungguh-sungguh mewujudkannya.
Tak ada kesempatan untuk berbasa-basi, bermain-main, dan beleha-leha. Jika tidak sekarang, maka kapan lagi?
Karakteristik Waktu