Tentunya, masih banyak pada surat-surat dan ayat-ayat yang lain tentang anjuran ini. Bertebarannya ayat-ayat tentang zakat, infak, atau sedekah di dalam Al-Qur’an itu seakan-akan mengindikasikan bahwa kebanyakan manusia di dunia ini dipenuhi sifat bakhil dalam dirinya.
Oleh sebab itu, bertebarannya ayat-ayat itu setiap saat hendak mengingatkan kita agar melepaskan sifat bakhil dalam diri itu dengan berzakat, berinfak, ataupun bersedekah.
Keempat, berbuat baiklah kepada siapa pun. Ibu paruh baya itu mengajarkan kepada kita agar berbuat baik kepada siapa saja. Kadangkala kita pilah pilih dalam berbuat baik. Bahkan, lebih tragis lagi, melihat agamanya.
Kalau yang bukan seagama dengannya, maka dia enggan memberikan bantuan. Dengan dalih, mengapa harus berbuat baik kepada orang yang tidak menyembah Tuhannya. Sikap yang demikian itu tidak perlu kita ikuti.
Sebab, Allah saja sebagai Tuhan, tidak pandang bulu dalam mencurahkan kebaikan dan nikmat-nikmat-Nya. Mau Muslim atau kafir, semuanya merasakan limpahan kebaikan dan nikmat-nikmat Allah itu.
Kelima, berkasih sayang. Ibu paruh baya itu mengajarkan kita arti kasih sayang. Memang, sebagai manusia, kita mesti saling berkasih sayang. Berkasih sayang artinya saling memberi perhatian kepada sesama manusia.
Dengan kasih sayang, permusuhan itu akan lenyap. Orang banyak bermusuhan karena hilangnya kasih sayang. Berkasih sayang akan menjadikan persaudaraan (ukhuwah) semakin erat.
Sahabat! Demikian sedikit kisah dan remah hikmah yang dapat kita ambil dari kisah tersebut. Semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam melakukan kebaikan. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H