Saya ingat cerita pada beberapa tahun silam. Ketika saya, istri, dan anak pergi ke suatu tempat untuk suatu keperluan. Saat kami tiba di tempat itu, istri yang mengambil nomor antrean. Lalu kami mencari deretan kursi kosong untuk kami duduki sembari menunggu dipanggil oleh petugas.
Satu nomor sebelum nomor antrean kami dipanggil, terlihat di meja petugas seorang ibu paruh baya mendapatkan layanan untuk menyelesaikan urusan-urusannya. Setelah ibu paruh baya itu selesai dengan urusannya, dia tidak langsung keluar dari ruangan itu. Tapi, menghampiri ke tempat di mana kami duduk.
Tiba-tiba ibu paruh baya itu mengambil dompetnya, lalu mengeluarkan selembar uang kertas dengan nominal seratus ribu rupiah. Sungguh kami tidak tahu apa yang akan dilakukan ibu paruh baya itu. Dan ternyata benar, dia menghampiri kami, tepatnya menyapa anak gadis kami yang ketika itu berusia dua tahun. Lalu uang kertas yang diambil dari dompetnya tadi diberikan kepada anak gadis kecil kami.
Saya kaget, mungkin istri juga demikian. Rasa-rasanya kami tak pernah mengalami kejadian ini sebelum-sebelumnya. Tapi, boleh jadi juga, banyak di antara kita pernah mengalami hal serupa. Kami sama sekali tidak mengenal ibu paruh baya itu, dan mungkin belum pernah melihatnya sama sekali. Sungguh mulia sekali perbuatannya.
Saya kagum sekali dengan apa yang telah dilakukan oleh ibu paruh baya itu. Tidak tampak pada dirinya kemewahan, bahkan penampilannya sederhana sekali. Dia sendirian, tidak ditemani siapa pun. Itu yang saya ingat. Tapi, hatinya mulia dan dermawan, padahal belum tentu dia seorang hartawan. Tampaknya memang seperti itu.
Waktu itu kami tidak sempat menanyakan identitasnya. Yang sempat kami lakukan hanya memberikan ucapan terima kasih atas kebaikannya kepada gadis kecil kami. Sebab, selang beberapa detik setelah ibu paruh baya itu memberikan uangnya kepada anak kami, dia langsung keluar meninggalkan tempat itu.
Kami tidak tahu siapa namanya dan di mana tinggalnya. Pun tidak tahu tentang apa agamanya. Sebab, kalau dia seorang Muslimah, sangat mudah kami mengenali identitas agamanya.Tapi, ibu paruh baya itu tidak menggunakan jilbab sebagaimana yang dikenakkan oleh wanita Muslimah sebagai identitas keislamannya.
Meskipun kejadian itu sudah terjadi beberapa tahun lalu, tetap saja masih terkenang dalam memori ingatan saya. Boleh jadi, apa yang dilakukannya sangat tulus, makanya kebaikannya sangat membekas sekali. Saya bermohon kepada Tuhan, semoga apa yang telah dilakukan ibu paru baya itu terhadap kami diberikan pahala yang besar oleh-Nya.
Ibrah Peristiwa
Ada beberapa pelajaran yang sangat berarti bagi saya atas kejadian tersebut.
Pertama, ketulusan. Saya melihat dengan sangat jelas wajah ketulusan dari ibu paruh baya itu. Tidak tampak seperti wajah orang yang penuh beban saat memberi. Tulus sekali.
Kadangkala ada juga orang yang kita lihat, saat memberi tidak disertai dengan wajah yang menyenangkan, kelihatan seperti orang yang terpaksa. Tentu, wajah yang tidak menyenangkan itu menyebabkan orang yang diberi tidak merasa adanya ketulusan dari si pemberi.
Maka, di sini terdapat pelajaran buat kita, apa pun kebaikan yang kita lakukan mestilah dengan tulus dari hati. Sebab, kebaikan yang tulus inilah kebaikan yang bernilai, terutama di sisi Allah.
Niat sangat menentukan kualitas amal kita.
Nabi mengingatkan: “Sesungguhnya diterimanya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan”, (HR. Bukhari dan Muslim).
Jika niat tulus karena ingin mendapatkan ridha Allah, maka amal yang telah kita lakukan itu niscaya akan mendapatkan keridhaan Allah.
Kedua, jangan sia-siakan kesempatan berbuat baik. Apa yang telah dilakukan ibu paruh baya itu mengajarkan kita agar memanfaatkan setiap kesempatan untuk berbuat baik.
Mungkin jarang sekali kita melakukan apa yang telah dilakukan ibu paruh baya itu, bahkan jangan-jangan tidak pernah sama sekali. Perlu kita coba. Sepertinya menyenangkan. Kita senang, dan yang diberi pun pasti juga akan senang. “Maka, berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan”, (QS. 2: 148).
Ketiga, gemar bersedekah. Ibu paru baya itu mengajarkan kita agar gemar bersedekah. Bersedekah sangat dianjurkan dalam agama kita (Islam).
Lihatlah, berapa banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menganjurkan kita untuk bersedekah. Ketika membaca pada awal-awal surat saja kita sudah bertemu dengan ayat ini:
“(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. 2: 3)
Tentunya, masih banyak pada surat-surat dan ayat-ayat yang lain tentang anjuran ini. Bertebarannya ayat-ayat tentang zakat, infak, atau sedekah di dalam Al-Qur’an itu seakan-akan mengindikasikan bahwa kebanyakan manusia di dunia ini dipenuhi sifat bakhil dalam dirinya.
Oleh sebab itu, bertebarannya ayat-ayat itu setiap saat hendak mengingatkan kita agar melepaskan sifat bakhil dalam diri itu dengan berzakat, berinfak, ataupun bersedekah.
Keempat, berbuat baiklah kepada siapa pun. Ibu paruh baya itu mengajarkan kepada kita agar berbuat baik kepada siapa saja. Kadangkala kita pilah pilih dalam berbuat baik. Bahkan, lebih tragis lagi, melihat agamanya.
Kalau yang bukan seagama dengannya, maka dia enggan memberikan bantuan. Dengan dalih, mengapa harus berbuat baik kepada orang yang tidak menyembah Tuhannya. Sikap yang demikian itu tidak perlu kita ikuti.
Sebab, Allah saja sebagai Tuhan, tidak pandang bulu dalam mencurahkan kebaikan dan nikmat-nikmat-Nya. Mau Muslim atau kafir, semuanya merasakan limpahan kebaikan dan nikmat-nikmat Allah itu.
Kelima, berkasih sayang. Ibu paruh baya itu mengajarkan kita arti kasih sayang. Memang, sebagai manusia, kita mesti saling berkasih sayang. Berkasih sayang artinya saling memberi perhatian kepada sesama manusia.
Dengan kasih sayang, permusuhan itu akan lenyap. Orang banyak bermusuhan karena hilangnya kasih sayang. Berkasih sayang akan menjadikan persaudaraan (ukhuwah) semakin erat.
Sahabat! Demikian sedikit kisah dan remah hikmah yang dapat kita ambil dari kisah tersebut. Semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam melakukan kebaikan. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H