Mohon tunggu...
Abdur Rauf
Abdur Rauf Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIQ Kepulauan Riau

Aku berkarya, maka aku ada.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Potret Belajar Al-Qur'an Era 90-an

2 Januari 2025   23:45 Diperbarui: 2 Januari 2025   23:43 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Belajar Al-Qur'an (Sumber: idntimes.com)

Di waktu kecil dulu, kami belum tahu, bahwa Al-Qur'an diturunkan di Gua Hira'. Kami belum mendengar cerita tentang malaikat Jibril yang ditugaskan Allah SWT menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira'. Kami juga belum tahu, QS. Al-'Alaq (96) ayat 1-5 merupakan rangkaian ayat yang pertama kali turun.

Waktu itu, kami tak butuh pengetahuan tentang itu semua untuk kami termotivasi dan bersemangat dalam belajar mengaji Al-Qur'an. Bagi kami, belajar mengaji Al-Qur'an adalah aktivitas rutin harian yang tidak boleh kami lewatkan.

Saat tiba di rumah guru, para murid tidak langsung menyetorkan bacaannya kepada guru. Sebelum menyetorkan bacaan halaman baru kepada guru, para murid biasanya mendaras (mengulang-ulang) terlebih dahulu beberapa halaman yang telah disetorkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Tujuannya adalah untuk melancarkan dan memantapkan bacaannya. Di sela-sela waktu mendaras itu, kadang-kadang ada juga di antara murid-murid itu yang iseng dan usil, mereka mengganggu temannya yang sedang serius mendaras bacaan. Maklumlah, pada waktu mendaras itu, guru belum hadir di tengah-tengah mereka.

Setelah kira-kira 15 menit mendaras, guru pun hadir di ruang belajar mengaji Al-Qur'an tersebut. Baru kemudian satu per satu para murid menyetorkan bacaannya kepada guru.

Jika ada yang keliru dalam melafalkan huruf-huruf hijaiyah atau keliru dalam membaca kalimat demi kalimat dari potongan ayat-ayat Al-Qur'an, guru langsung memperbaiki bacaan muridnya. 

Begitulah seterusnya proses kami dalam belajar mengaji Al-Qur'an hingga kami dapat dengan fasih dan khatam membacanya.

Tradisi Selamatan

Ada keseruan lainnya dalam belajar mengaji Al-Qur'an ini, yaitu tradisi syukuran dan selamatan jika telah mencapai level-level tertentu dalam belajar. Setiap murid yang berhasil menyelesaikan Iqra' Jilid 6, maka wali murid menyiapkan segala keperluan untuk melaksanakan syukuran dan selamatan tersebut.

Syukuran dan selamatan tersebut diadakan di rumah gurunya. Biasanya, wali murid meminta Sang Guru untuk membaca doa selamat bagi anaknya yang telah berhasil menyelesaikan Iqra' Jilid 6 dan akan memulai ke jenjang Al-Qur'an.

Di samping itu, tidak hanya yang telah berhasil menyelesaikan Iqra` Jilid 6 saja yang melangsungkan syukuran dan selamatan, bagi murid-murid di level Al-Qur'an yang sudah menjejaki Juz 15 biasanya wali murid juga mengadakan syukuran dan selamatan untuk anaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun