Pada 22 Juli 2017, saya menikah. Tapi, sebelum tiba hari pernikahan saya itu, saya sempat berpikir ingin memberikan sesuatu yang berbeda di hari pernikahan saya nanti. Lalu, apa yang akan saya persembahkan?
Terus terang, sampai 30 hari menjelang hari pernikahan itu, saya belum terpikirkan, kira-kira apa, ya, yang tidak lazim dibuat orang pada hari pernikahan. Kalau souvenir semacam gantungan kunci, kipas tangan, dan semacamnya itu, saya kira itu sudah biasa dan umum sekali.
Akhirnya, terlintas di pikiran saya untuk menulis buku. Kenapa saya nggak nulis buku aja, ya, sebagai souvenir pernikahan saya nanti? Tapi, apakah cukup waktunya untuk menyelesaikan sebuah buku? Mengingat waktu yang kurang dari sebulan lagi.
Lama saya mempertimbangkan, antara mau menulis atau tidak. Saya pun nekad, memantapkan niat mempersembahkan sebuah buku sebagai souvenir untuk dibagikan ke tamu undangan di hari pernikahan saya.
Saya pun mulai menulis. Setiap hari, pagi-siang-malam, saya tidak berjauhan dengan laptop dan buku-buku referensi. Alhamdulillah, apa yang saya niatkan tercapai. Saya mampu menyelesaikan sebuah buku untuk saya persembahkan sebagai souvenir tamu undangan.
Ada beberapa teman yang saya minta bantuan untuk membuat desain cover dan layout bukunya. Kemudian buku itu saya cetak sebanyak 500 eksemplar. Saya merasa lega, akhirnya saya mampu menulis buku, meskipun isinya sangat sederhana.
Itulah cerita pengalaman saya menulis buku pertama yang diluncurkan di momen paling istimewa dan bersejarah buat saya, di hari pernikahan saya dengan istri tercinta. Buku itu saya beri judul: "Di Bawah Renungan Al-Qur'an".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H