Buya Hamka menjawab kasus yang pertama:
"Kita sepakati dulu bahwa shalat merupakan tiang agama. Sedangkan kebaikan yang lain sebagai pengikutnya.
Kalimat, 'Pak Haji taat shalat', kata 'tapi '-nya kita hilangkan dulu. Kalimatnya menjadi, 'Pak Haji taat beribadah (koma bukan titik)'. Sambungannya, 'kebaikan yang lain belum diikuti oleh Pak Haji'.
Lalu untuk ikutnya kebaikan yang lain, ini peranan da'wah bil hal, yaitu dakwah dengan cara memberikan contoh teladan, perbuatan, atau sikap.
Memberi contoh yang baik ke Pak Haji. Prosesnya bisa lama bisa pula sebentar. Mengubah perangai orang mudah-mudah sulit. Namun, kebiasaan rajinnya Pak Haji beribadah jangan diejek."
Buya Hamka menjawab kasus yang kedua:
"Begitu pula halnya dengan si dokter. Kebalikan dari perilaku Pak Haji, si dokter jangan diejek karena dia tidak shalat.
Kata-kata 'tidak shalat', juga diganti dengan kata-kata 'belum shalat'. Hal ini pun harus diselesaikan dengan da'wah bil hal, dengan cara yang lemah lembut.
Yang penting si dokter tetap beragama Islam. Hanya saja belum shalat. Saudara pun berkewajiban melakukan da'wah bil hal kepada kedua tetangga itu."
Demikian jawaban dari Buya Hamka yang sangat jelas dan rinci atas pertanyaan dari salah seorang jamaahnya.
Tutur Irfan Hamka: "Jamaah yang bertanya mengangguk mengerti. Jamaah yang lain pun mengangguk-angguk mendapat tambahan ilmu."