Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bisnis Law

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Fraud Birokrasi dan Sertifikat Pesisir, Simbol Kekacauan Sistem Pertanahan.

23 Januari 2025   07:55 Diperbarui: 23 Januari 2025   07:55 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus pagar laut Tangerang adalah pengingat bahwa integritas dan transparansi dalam pengelolaan aset negara harus menjadi prioritas. Semua pihak, dari tingkat lokal hingga pusat, memiliki tanggung jawab untuk memastikan proses yang adil dan sesuai aturan.

Proses hukum yang menyeluruh dan mendalam sangat penting sebelum pembatalan sertifikat dilakukan. Pembatalan sertifikat tanpa didahului proses hukum yang jelas berpotensi menimbulkan dampak kontra produktif, seperti melepaskan unsur pidana dari mafia laut yang terlibat. 

Sebagai langkah awal, harus ada pembuktian hukum yang kuat terkait pelanggaran, baik itu fraud teknis, pemalsuan dokumen, maupun penyampaian data palsu. Dengan cara ini, keadilan dapat ditegakkan tanpa meninggalkan celah yang dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Kasus ini menegaskan bahwa fraud birokrasi dalam pengelolaan pertanahan adalah masalah sistemik yang membutuhkan solusi menyeluruh. Jika tidak segera diperbaiki, kasus-kasus serupa akan terus terulang, memperburuk kepercayaan publik terhadap pemerintah. Pengelolaan aset maritim harus dilindungi dari infiltrasi mafia dan manipulasi birokrasi demi memastikan kedaulatan negara tetap terjaga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun