Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi Bisnis

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fokus Link and Match, Filosofi Martabak

2 Januari 2025   11:20 Diperbarui: 2 Januari 2025   11:24 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Link and Match (Kompas.id)

Pendidikan merupakan fondasi utama dalam membangun sumber daya manusia yang kompetitif dan berkualitas.

Namun, mutu pendidikan di Indonesia secara umum masih menghadapi tantangan besar. Ketimpangan fasilitas, kualitas tenaga pengajar, dan akses pendidikan yang tidak merata menjadi masalah utama.

Sekolah-sekolah di perkotaan cenderung memiliki kualitas lebih baik dibandingkan sekolah-sekolah di daerah terpencil. Hal ini menyebabkan perbedaan signifikan dalam kemampuan siswa di berbagai wilayah.

Ketidakmerataan ini terlihat jelas dalam infrastruktur, akses terhadap teknologi, dan kompetensi guru.

Di wilayah terpencil atau daerah 3T (Tertinggal, Terluar, dan Terdepan), banyak sekolah yang bahkan tidak memiliki fasilitas dasar seperti laboratorium, perpustakaan, atau akses internet.

Sebaliknya, sekolah di perkotaan memiliki fasilitas lengkap dan tenaga pengajar yang kompeten.

Jika pendidikan di seluruh wilayah Indonesia dijadikan satu ukuran nasional melalui Ujian Nasional (UN), hal ini akan membebani siswa, terutama dari daerah tertinggal.

Pemetaan kesiapan daerah perlu dilakukan untuk memastikan daerah terpencil memiliki infrastruktur dan sumber daya yang memadai sebelum pelaksanaan UN.

Selain itu, UN perlu diintegrasikan dengan asesmen berbasis proyek, praktik, atau portofolio untuk mencerminkan kemampuan siswa secara holistik.

Tinjauan Link and Match dan Filosofi Martabak

Link and Match adalah pendekatan yang bertujuan untuk menyelaraskan antara pendidikan dan kebutuhan dunia kerja.

Konsep ini memastikan bahwa lulusan tidak hanya memiliki pengetahuan teoretis, tetapi juga keterampilan praktis yang relevan dengan pasar tenaga kerja.

Filosofi martabak mengajarkan bahwa produk yang berhasil adalah produk yang relevan dengan kebutuhan pelanggan. Dalam konteks pendidikan, ini berarti sistem pendidikan harus adaptif terhadap kebutuhan dunia kerja, seperti halnya penjual martabak yang menyesuaikan topping sesuai selera pembeli.

Pendidikan harus mampu "menghidangkan" lulusan yang siap bersaing di pasar kerja, baik dari segi kompetensi teknis maupun soft skills.

Perbandingan Pendidikan dan Link and Match

Perbandingan Pendidikan Dengan Negara Tetangga (sumber diolah penulis).
Perbandingan Pendidikan Dengan Negara Tetangga (sumber diolah penulis).

Keempat negara ini menunjukkan pendekatan yang berbeda dalam mengelola pendidikan untuk mendukung kebutuhan lokal maupun global. Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pemerataan kualitas, namun Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas untuk inovasi pembelajaran.

Malaysia berhasil mengintegrasikan pendidikan vokasi dengan kebutuhan ekonomi lokal. Singapura menjadi contoh sukses dalam menciptakan daya saing global melalui teknologi dan meritokrasi, meskipun tekanan akademik menjadi isu.

Thailand memberikan akses pendidikan gratis dengan fokus pada keterampilan praktis, meski kualitas tenaga pengajar masih menjadi perhatian.

Ketidakmerataan mutu pendidikan di Indonesia menjadi hambatan besar dalam implementasi Ujian Nasional yang seragam.

Kesenjangan infrastruktur dan kompetensi guru memperbesar disparitas hasil pendidikan antarwilayah. Belajar dari negara-negara tetangga, konsep Link and Match perlu menjadi prioritas untuk menyelaraskan pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja.

Solusi Gunakan UN sebagai Alat Pemetaan. 

 Ujian Nasional sebaiknya digunakan untuk memetakan kualitas pendidikan di berbagai daerah, bukan sebagai penentu kelulusan siswa. Tingkatkan Mutu Pendidikan di Daerah

 Alokasikan dana lebih untuk membangun infrastruktur dan meningkatkan kompetensi guru di daerah tertinggal.

Integrasi Link and Match, Libatkan industri dalam penyusunan kurikulum untuk memastikan relevansi dengan kebutuhan pasar kerja.

Digitalisasi Bertahap, Perluas akses pendidikan berbasis teknologi untuk menjangkau siswa di wilayah terpencil. Evaluasi Holistik: Gunakan metode evaluasi yang mencakup aspek kompetensi, proyek, dan portofolio untuk menilai kemampuan siswa secara lebih adil.

----------------------

Referensi:

Djojonegoro, W. (1997). "Konsep Link and Match dalam Pendidikan."

Ford, R.T. (2021). "Market Relevance in Education."

Kementerian Pendidikan Malaysia (2022). "Education Blueprint 2025."

Ministry of Education Singapore (2023). "SkillsFuture and Educational Reforms."

UNESCO (2021). "Comparative Education in ASEAN Countries."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun