Soto Triwindu di Solo tak pernah kehilangan daya tariknya. Aroma kuah soto yang kaya rempah, dipadukan dengan suasana hangat dari pelanggan setia, menjadikannya tempat yang nyaman untuk mengawali pagi.
WarungDi sebuah meja kayu panjang, saya kembali bertemu dengan Joko Widodo, mantan presiden yang kini menjalani masa pensiunnya dengan sederhana.
Beliau duduk santai, mengenakan kemeja kasual, menikmati semangkuk soto kesukaannya. Ketika saya menyapanya, beliau tersenyum dan mempersilakan saya duduk.
"Mas, ketemu lagi ya," ujar beliau sambil mengaduk soto di depannya. "Warung ini nggak ada lawannya. Soto Triwindu selalu bikin saya kangen."
Saya duduk dan mencoba membuka pembicaraan. "Pak, nggak terasa ya, Bapak sudah menikmati masa pensiun hampir 70 hari. Bagaimana rasanya, Pak?"
Beliau tersenyum kecil, menyesap teh hangatnya sebelum menjawab. "Rasanya ya enak, Mas. Bisa lebih santai, lebih banyak waktu buat keluarga, dan bisa menikmati suasana kayak gini.
Tapi kadang ya tetap ingat, tanggung jawab itu nggak berhenti begitu saja."
Kami memulai percakapan dengan obrolan ringan, tetapi seperti biasa, pembicaraan perlahan mengarah pada isu-isu yang lebih serius.
Pemerintahan Prabowo-Gibran Pembangunan Berkelanjutan
"Pak, sekarang banyak yang bilang kalau pemerintahan Prabowo-Gibran ini seperti melanjutkan program-program kerja Bapak," saya membuka topik dengan hati-hati. "Hampir semuanya diteruskan. Menurut Bapak, ini recycle atau memang bentuk pembangunan berkelanjutan?"
Jokowi tersenyum tipis, menatap saya sejenak sebelum menjawab. "Mas, saya lebih senang menyebutnya pembangunan berkelanjutan. Program yang bagus dan bermanfaat untuk rakyat memang seharusnya diteruskan. Saya percaya, Prabowo dan Gibran punya niat baik untuk melanjutkan apa yang sudah dimulai."
Namun, ada perasaan ambigu di antara publik. Sebagian menyebut ini sebagai langkah pragmatis tanpa inovasi, sementara yang lain melihatnya sebagai bukti bahwa program-program Jokowi memang memiliki pondasi kuat.
"Kalau dilihat, proyek-proyek seperti IKN, jalan tol, dan pembangunan infrastruktur besar lainnya memang jadi fokus pemerintahan sekarang," lanjut saya. "Tapi, apa Bapak merasa ada yang berbeda dalam pelaksanaannya?"
Jokowi tersenyum lagi. "Setiap pemimpin punya gaya masing-masing, Mas. Yang penting, hasilnya tetap dirasakan rakyat."
Perbedaan antara Jokowi vs Prabowo sebagai Presiden
Percakapan berlanjut ke perbandingan situasi antara awal kepemimpinan Jokowi dan Prabowo. Saya mencoba menggali lebih dalam.
"Pak, waktu Bapak pertama kali jadi presiden, situasi politik dan ekonominya kan berbeda sekali dengan sekarang. Menurut Bapak, apa yang menjadi tantangan terbesar waktu itu dibandingkan dengan sekarang?"
Jokowi berpikir sejenak sebelum menjawab. "Waktu saya mulai, fokusnya adalah membangun infrastruktur dasar. Kita butuh jalan tol, bandara, pelabuhan, supaya ekonomi bisa bergerak lebih cepat. Tantangannya saat itu adalah bagaimana meyakinkan semua pihak bahwa ini penting, bahwa ini investasi jangka panjang."
"Dan sekarang, tantangan itu sudah berbeda," tambahnya. "Prabowo dan Gibran lebih fokus pada pembangunan berkelanjutan, tetapi juga harus menghadapi perubahan besar seperti transformasi digital dan tantangan global seperti krisis iklim. Jadi, meskipun melanjutkan, mereka punya beban yang berbeda."
Hambalang dan IKN
Ketika obrolan hampir selesai, saya mencoba membawa percakapan ke arah yang lebih reflektif. "Pak, banyak yang bilang kalau IKN ini proyek besar yang penuh risiko.
 Ada yang khawatir, jangan-jangan nanti bisa jadi seperti Hambalang. Apa pendapat Bapak?"
Jokowi meletakkan sendoknya dan menatap saya serius. "Hambalang itu pelajaran besar, Mas. Proyek yang besar harus direncanakan dengan matang, dikelola dengan baik, dan diawasi dengan ketat. Kalau tidak, risikonya bisa seperti itu."
Beliau melanjutkan dengan nada optimis. "IKN itu mimpi besar, bukan hanya untuk pemerintahan saya, tapi untuk Indonesia di masa depan.
Saya berharap siapapun presidennya nanti, mereka bisa melanjutkan dengan penuh tanggung jawab. Jangan sampai proyek ini mangkrak. Kalau selesai, IKN bisa jadi kebanggaan bangsa."
Saya bisa menilai, saat ini boleh dibilang Jokowi adalah mantan presiden yang paling bahagia. Program-program kerja yang ia mulai tidak hanya dilanjutkan, tetapi juga menjadi sosok sang primadona yang diperebutkan oleh partai-partai politik pasca diberhentikan keanggotaanya oleh PDIP.
Sosoknya tetap menjadi pusat perhatian, meskipun ia telah resmi meninggalkan kursi kepresidenan.
Ketika saya mengutarakan pendapat itu, Jokowi hanya tersenyum tanpa ekspresi dan tanpa memberi tanggapan. Senyumnya sederhana, tetapi menyimpan banyak makna. Ia kemudian berdiri, mengambil cangkir teh yang hampir kosong, dan berkata santai, "Sampai ketemu lagi, Mas."
Beliau berjalan menuju kasir untuk membayar soto yang kami nikmati pagi itu. Pagi di Warung Soto Triwindu tidak hanya menghangatkan badan, tetapi juga menjadi momen reflektif tentang perjalanan panjang sebuah bangsa, dari masa lalu, sekarang, hingga masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H