Jokowi meletakkan sendoknya dan menatap saya serius. "Hambalang itu pelajaran besar, Mas. Proyek yang besar harus direncanakan dengan matang, dikelola dengan baik, dan diawasi dengan ketat. Kalau tidak, risikonya bisa seperti itu."
Beliau melanjutkan dengan nada optimis. "IKN itu mimpi besar, bukan hanya untuk pemerintahan saya, tapi untuk Indonesia di masa depan.
Saya berharap siapapun presidennya nanti, mereka bisa melanjutkan dengan penuh tanggung jawab. Jangan sampai proyek ini mangkrak. Kalau selesai, IKN bisa jadi kebanggaan bangsa."
Saya bisa menilai, saat ini boleh dibilang Jokowi adalah mantan presiden yang paling bahagia. Program-program kerja yang ia mulai tidak hanya dilanjutkan, tetapi juga menjadi sosok sang primadona yang diperebutkan oleh partai-partai politik pasca diberhentikan keanggotaanya oleh PDIP.
Sosoknya tetap menjadi pusat perhatian, meskipun ia telah resmi meninggalkan kursi kepresidenan.
Ketika saya mengutarakan pendapat itu, Jokowi hanya tersenyum tanpa ekspresi dan tanpa memberi tanggapan. Senyumnya sederhana, tetapi menyimpan banyak makna. Ia kemudian berdiri, mengambil cangkir teh yang hampir kosong, dan berkata santai, "Sampai ketemu lagi, Mas."
Beliau berjalan menuju kasir untuk membayar soto yang kami nikmati pagi itu. Pagi di Warung Soto Triwindu tidak hanya menghangatkan badan, tetapi juga menjadi momen reflektif tentang perjalanan panjang sebuah bangsa, dari masa lalu, sekarang, hingga masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H