Perum LPPNPI (AirNav Indonesia): Rp659,19 miliar, untuk modernisasi sistem navigasi udara.
Alokasi ini menunjukkan komitmen besar pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur dan pengembangan sektor strategis. Namun, masalah muncul ketika hasil dari investasi ini tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
Banyak BUMN yang menerima PMN tetap mencatat kerugian, dan potensi keuntungan yang diharapkan sering kali tidak terealisasi.
Misalnya, proyek Jalan Tol Trans-Sumatera menghadapi tantangan rendahnya tingkat pengembalian investasi dalam jangka pendek, sehingga memerlukan suntikan dana tambahan yang terus membebani APBN.
Doble Buntung , APBN Tergerus dan Potensi Untung  Hilang
Â
Ketika PMN terus dialokasikan tanpa menghasilkan kontribusi yang optimal, negara menghadapi kondisi "doble buntung." Di satu sisi, APBN terkuras untuk menopang BUMN yang tidak efisien. Di sisi lain, potensi keuntungan dari aset strategis ini hilang karena manajemen yang buruk, inefisiensi, dan politisasi jabatan.
Masalah ini tidak hanya membebani negara, tetapi juga rakyat. Ketika BUMN gagal memberikan kontribusi maksimal, pemerintah mengandalkan kenaikan pajak, seperti PPN, untuk menutupi defisit anggaran.
Dampaknya, rakyat menanggung beban ganda: pajak yang lebih tinggi dan subsidi tidak langsung untuk BUMN yang merugi.
Solusi Menghindari Doble Buntung
BUMN seharusnya menjadi motor penggerak ekonomi, bukan beban yang terus menggerogoti APBN. Untuk itu, reformasi pengelolaan menjadi kebutuhan mendesak.