Mohon tunggu...
Abdul Wahid
Abdul Wahid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang dan Penulis sejumlah buku

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kita dan 2022

20 Desember 2021   10:05 Diperbarui: 20 Desember 2021   10:08 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Oh Waktu

2021,

Bergulir meninggakan para pecongkak, 

menapak pasti ke peraduannya,

melukis bumi sesukannya, 

meninggalkan senja para bibadari yang haus bercanda,

nyanyikan malam yang memeluk kedurjanaan, 

bercengkrama dengan bulan yang mengintip malu

menjemput fajar berhias janji manis, 

masih ada esok k menantang terang, 

terbentang duri tak kepalang

mencumbui sejarah, 

darah tak perlu tumpah

menyambut benderang, 

tanpa harus asah pedang

mengalahkan pekat, 

tanpa takut digilas gelap.

gelombang menjulang,

senyum kecerdasan mengembang

2022

Sajak tersebut patut digunakan sebagai tafsir terhadap perjalanan sang waktu (siang, sore, malam, dan pagi), yang mesti akan dilalui dan diakrabi oleh manusia. Manusia tidak akan bisa menghindari rotasi sang waktu, karena sang waktu akan selalu mengikuti, menuntut, dan membelit dirinya. Ketika manusia diberi kesempatan (waktu) untuk hidup, maka manusia akan dihadapkan pula dengan waktu untuk meninggalkan dunia, alias kematian.

Tahun 2021 sebentar lagi akan atau telah berpisah dengan kita, pergi ke ufuk sejarah, masuk dalam periuk bumi, bercengkrama dengan malaikat pencatat amal, dan menjadi nostalgia yang dikenang oleh manusia sebagai pelakunya. Apa yang diperbuat manusia dalam hidupnya sudah diantarkan dan dilabuhkan oleh sang waktu menuju titian Tuhan. Sesal sudah pasti mengekspresi dalam diri manusia tatkala sang waktu sudah pergi di saat ia merasa kalau selama tahun 2021 belum mampu mendisain dirinya jadi penggali kebenaran (mujtahid),  pembangun gerakan pembaharuan (mujaddid), dan  aktif menunjukkan peran-peran sebagai pejuang (mujahid).

Meski demikian itu, manusia yang menempatkan dirinya sebagai pembelajar perjalanan sang waktu, tentulah apa yang sudah terjadi di tahun 2021 lalu tidak akan dibiarkan berlalu tanpa evaluasi. Tahun 2021 harus tetap dijadikan sebagai obyek iqra', bacaan wajib manusia yang tidak ingin menciptakaan kecelakaan sejarah (hidden of history) di perjalanan sang waktu esoknya (2022).

Logikannya, tatkala manusia dibelit oleh waktu, seharusnya manusia berfikir dan berbuat, bahwa hidup ini tidak boleh dibiarkan berjalan sia-sia. Hidup tidak boleh kosong tanpa kreasi dan inovasi. Hidup harus mengalirkan aktifitas yang bermakna, yang tidak hanya bermanfaar bagi diri dan keluarga, tetapi dominan bermanfaat bagi kepentingan publik.

Sudah banyak kajian soal waktu dalam agama. Dalam QS Al-Ashr disebutkan, bahwa "demi masa (waktu),  manusia akan ditimpa kerugian, kecuali manusia-manusia yang beriman dan beramal saleh". Firman Allah SWT ini menunjukkan, bahwa hidup manusia di muka bumi ini dipertemukan dengan waktu. Waktu dijadikan oleh Tuhan sebagai pintu pembuka dan tahapan bergulat bagi manusia yang punya obsesi pada kesuksesan, baik kesuksesan ini dalam hubungannya dengan Tuhan (hablum-minallah) maupun sesama manusia (hablum-minannas).

Waktu yang sudah dipertemukan atau disediakan oleh Tuhan akan berlalu tanpa menulis, melukis, dan mengukirkan tinta emas mengenai perjalanan hidup manusia yang hanya atau lebih banyak dihabiskan untuk memproduk dan merajut peran-peran yang tidak bermakna. Sebaliknya, bergembiralah manusia yang bisa menerjemahkan sang waktu dalam realitas kehidupannya.

Tahun 2022 seharusnya menjadi episode yang manis dan pintar bagi manusia yang di tahun 2021 merasa telah gagal berprestasi, lemah berinovasi, dan miskin kreasi. Kalau di tahun 2022 tidak ada peningkatan dan pembaharuan peran nan bermakna, maka tajamnya sang waktu akan memotong atau memangkasnya lebih cepat menuju bangunan hidup yang sarat ketidakbergunaan dan kesia-siaan. Kebermakaan hidup hanya bisa diraih lewat memintarkan diri secara langgeng, membeningkan nurani,  dan kerja keras dengan kalkulasi waktu yang tepat "Waktu adalah laksana pedang nan tajam, yang bila manusia menyia-nyiakannya, maka waktu akan menggilasnya (memotongnya)', demikian penegasan Nabi Muhammad SAW.

            Kalau sampai  seperti itu yang terjadi, maka hidup ini tidak ubahnya menjalani Kesia-siaan, sebaliknya jika kita ingin berguna di tahun 2022, maka setidaknya kebearian melangkah untuk mengubah keadaan harus dilakukannya dengan maksimal.

Abdul Wahid

Pengajar Universitas Islam Malang dan Penulis Buku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun