Meski demikian itu, manusia yang menempatkan dirinya sebagai pembelajar perjalanan sang waktu, tentulah apa yang sudah terjadi di tahun 2021 lalu tidak akan dibiarkan berlalu tanpa evaluasi. Tahun 2021 harus tetap dijadikan sebagai obyek iqra', bacaan wajib manusia yang tidak ingin menciptakaan kecelakaan sejarah (hidden of history) di perjalanan sang waktu esoknya (2022).
Logikannya, tatkala manusia dibelit oleh waktu, seharusnya manusia berfikir dan berbuat, bahwa hidup ini tidak boleh dibiarkan berjalan sia-sia. Hidup tidak boleh kosong tanpa kreasi dan inovasi. Hidup harus mengalirkan aktifitas yang bermakna, yang tidak hanya bermanfaar bagi diri dan keluarga, tetapi dominan bermanfaat bagi kepentingan publik.
Sudah banyak kajian soal waktu dalam agama. Dalam QS Al-Ashr disebutkan, bahwa "demi masa (waktu), Â manusia akan ditimpa kerugian, kecuali manusia-manusia yang beriman dan beramal saleh". Firman Allah SWT ini menunjukkan, bahwa hidup manusia di muka bumi ini dipertemukan dengan waktu. Waktu dijadikan oleh Tuhan sebagai pintu pembuka dan tahapan bergulat bagi manusia yang punya obsesi pada kesuksesan, baik kesuksesan ini dalam hubungannya dengan Tuhan (hablum-minallah) maupun sesama manusia (hablum-minannas).
Waktu yang sudah dipertemukan atau disediakan oleh Tuhan akan berlalu tanpa menulis, melukis, dan mengukirkan tinta emas mengenai perjalanan hidup manusia yang hanya atau lebih banyak dihabiskan untuk memproduk dan merajut peran-peran yang tidak bermakna. Sebaliknya, bergembiralah manusia yang bisa menerjemahkan sang waktu dalam realitas kehidupannya.
Tahun 2022 seharusnya menjadi episode yang manis dan pintar bagi manusia yang di tahun 2021 merasa telah gagal berprestasi, lemah berinovasi, dan miskin kreasi. Kalau di tahun 2022 tidak ada peningkatan dan pembaharuan peran nan bermakna, maka tajamnya sang waktu akan memotong atau memangkasnya lebih cepat menuju bangunan hidup yang sarat ketidakbergunaan dan kesia-siaan. Kebermakaan hidup hanya bisa diraih lewat memintarkan diri secara langgeng, membeningkan nurani, Â dan kerja keras dengan kalkulasi waktu yang tepat "Waktu adalah laksana pedang nan tajam, yang bila manusia menyia-nyiakannya, maka waktu akan menggilasnya (memotongnya)', demikian penegasan Nabi Muhammad SAW.
      Kalau sampai  seperti itu yang terjadi, maka hidup ini tidak ubahnya menjalani Kesia-siaan, sebaliknya jika kita ingin berguna di tahun 2022, maka setidaknya kebearian melangkah untuk mengubah keadaan harus dilakukannya dengan maksimal.
Abdul Wahid
Pengajar Universitas Islam Malang dan Penulis Buku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H