Mohon tunggu...
Abdul Munawar
Abdul Munawar Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Motivator, Enterpreneur, Konten Kreator, Penulis

email : abdulmunawar950gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Secangkir Kopi, Mengapa Hati Kehilangan Cahaya Kebenaran Engga Peka saat Melihat Kebatilan?

1 Oktober 2024   09:15 Diperbarui: 1 Oktober 2024   16:03 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Seseorang itu tergantung agama teman dekatnya, maka perhatikanlah dengan siapa ia berteman." (HR. Tirmidzi)

Contoh Nyata : Seseorang yang bergaul dengan teman-teman yang suka kebaikan dan menjauhi dosa akan lebih cenderung untuk tetap di jalan yang lurus, dibandingkan dengan orang yang berteman dengan mereka yang selalu melanggar norma-norma agama.

4. Segera Bertaubat Ketika Terjatuh dalam Kebatilan

  Tak ada manusia yang sempurna, dan kita semua bisa terjatuh dalam kebatilan. Namun, ketika itu terjadi, penting untuk segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT.

Kesimpulan

Ungkapan Ibrahim bin Adham bahwa "Banyak melihat kebatilan akan menghilangkan pengetahuan tentang kebenaran dari dalam hati" bukanlah sekadar kata-kata tanpa makna. Ini adalah peringatan serius bahwa dosa dan kebatilan, jika dibiarkaan terus-menerus, akan menutupi hati dan memadamkan cahaya kebenaran di dalamnya. Ketika hati sudah tertutupi oleh kebatilan, seseorang akan sulit membedakan antara yang benar dan salah, serta cenderung menerima dosa sebagai sesuatu yang wajar. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk menjaga hati dari pengaruh kebatilan dengan memperbanyak ibadah, menjaga pandangan, memilih pergaulan yang baik, serta senantiasa bertaubat jika terjatuh dalam kesalahan. Hanya dengan cara inilah hati dapat tetap bersih dan peka terhadap kebenaran, serta mampu memancarkan cahaya iman dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun