Mohon tunggu...
Abdul Munawar
Abdul Munawar Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Motivator, Enterpreneur, Konten Kreator, Penulis

email : abdulmunawar950gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Secangkir Kopi, Mengapa Hati Kehilangan Cahaya Kebenaran Engga Peka saat Melihat Kebatilan?

1 Oktober 2024   09:15 Diperbarui: 1 Oktober 2024   16:03 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kemaksiatan

Kebatilan, dalam maknanya yang luas, mencakup segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran baik itu berupa tindakan, ucapan, maupun pengaruh dari lingkungan sekitar. Ibrahim bin Adham, seorang tokoh sufi terkemuka, pernah berkata: "Banyak melihat kebatilan akan menghilangkan pengetahuan tentang kebenaran dari dalam hati." Apa maksud dari ungkapan ini, dan bagaimana hal itu dapat terjadi?

Dalam kehidupan modern, kita sering kali terpapar berbagai hal negatif baik melalui media sosial, berita, atau pergaulan sehari-hari. Seseorang yang terus-menerus menyaksikan perbuatan-perbuatan buruk seperti kebohongan, kezaliman, dan dosa, lama-kelamaan akan menjadi terbiasa. Hatinya akan perlahan-lahan mati rasa terhadap dosa, dan seiring waktu, ia tak lagi mampu membedakan antara yang benar dan salah. Inilah bahaya terbesar dari kebatilan.

Misalnya, seorang remaja yang sering menonton konten-konten berisi kekerasan atau maksiat di media sosial mungkin pada awalnya merasa terganggu. Namun, jika terus-menerus menontonnya, ia akan mulai menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa. Hatinya mulai kehilangan kepekaan terhadap apa yang benar dan yang salah. Inilah yang disebut Ibrahim bin Adham sebagai hilangnya pengetahuan tentang kebenaran.

Apa Kata Al-Qur'an Tentang Dampak Kebatilan pada Hati

Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur'an bahwa perbuatan buruk dan dosa bisa meninggalkan noda di hati manusia. Dalam Surah Al-Mutaffifin ayat 14, Allah berfirman:

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ

"Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka." (QS. Al-Mutaffifin: 14)

Ayat ini menggambarkan bahwa dosa yang terus-menerus dilakukan akan menutupi hati, hingga hati menjadi keras dan sulit menerima kebenaran. Contoh praktisnya, seseorang yang terbiasa melakukan kecurangan di tempat kerja. Pada awalnya mungkin ada rasa bersalah, tetapi jika dilakukan berulang-ulang, rasa bersalah itu hilang, dan kecurangan menjadi kebiasaan yang seolah-olah wajar.

Dosa Dapat Merusak Hati : Apa Kata Rasulullah SAW

Rasulullah SAW dalam haditsnya juga memperingatkan dampak dosa terhadap hati:

إِذَا أَذْنَبَ الْعَبْدُ نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ. وَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ { كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ

"Apabila seorang hamba melakukan satu dosa, maka akan timbul titik hitam di hatinya. Jika dia bertaubat, meninggalkannya, dan memohon ampun, hatinya akan dibersihkan. Jika ia terus melakukannya, titik hitam itu akan semakin bertambah hingga menutupi seluruh hatinya." (HR. Tirmidzi)

Contohnya, seseorang yang sering berbohong. Pada awalnya, ia mungkin merasa cemas dan tidak tenang, namun jika terus berbohong, hatinya akan semakin terbiasa dan tidak lagi merasa bersalah. Ini adalah proses di mana dosa, sedikit demi sedikit, mengotori hati hingga hati tersebut kehilangan kemampuannya untuk merasakan kejujuran dan kebenaran.

Kenapa Kita Harus Menjaga Hati dari Kebatilan?

Hati adalah pusat dari keimanan dan spiritualitas seseorang. Jika hati ini rusak atau tertutupi oleh kebatilan, maka seluruh perilaku dan cara berpikir kita juga akan terganggu. Seperti yang dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali, hati yang bersih adalah sumber dari segala kebaikan, sementara hati yang kotor akan sulit menerima kebenaran.

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya' Ulumuddin menyebut hati seperti cermin. Jika cermin itu bersih, ia akan mampu memantulkan cahaya kebenaran. Namun, jika cermin itu tertutup debu atau kotoran, pantulan cahaya kebenaran akan kabur, atau bahkan tidak terlihat sama sekali. Begitu pula dengan hati kita; jika dipenuhi dengan dosa dan kebatilan, kebenaran akan sulit masuk.

Contoh Nyata: Bayangkan seseorang yang sering terlibat dalam pergaulan yang tidak baik. Pada awalnya, ia mungkin menyadari bahwa teman-temannya melakukan hal-hal yang salah, seperti mengumpat, menipu, atau melakukan maksiat. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai menormalkan perilaku tersebut dan bahkan bisa ikut terlibat, karena hatinya telah terbiasa dengan keburukan.

Apa saja sih Cara Menjaga Hati agar tidak terjebak dari Kebatilan? 

Bagaimana kita bisa menjaga hati agar tetap bersih dan terhindar dari kebatilan? Berikut beberapa langkah yang bisa kita ambil:

1. Menjaga Pandangan dan Pikiran

  Allah SWT memerintahkan kita dalam Al-Qur'an untuk menjaga pandangan dari hal-hal yang buruk. Ini termasuk menghindari tontonan, bacaan, atau pergaulan yang bisa merusak hati kita.

 قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat" (QS. An-Nur: 30)

Contoh Nyata: Seorang muslim yang menjaga pandangannya dari hal-hal haram seperti tayangan tak senonoh atau berita yang menebar kebencian akan lebih mudah menjaga hati dan pikirannya tetap bersih.

2.Banyak Berdzikir dan Membaca Al-Qur'an

  Berdzikir dan membaca Al-Qur'an adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga hati tetap bersih. Allah SWT berfirman:

   الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28)

Contoh Nyata: Orang yang rutin berdzikir dan membaca Al-Qur'an setiap hari akan merasa lebih tenang dan jauh dari perbuatan dosa, karena hatinya senantiasa dekat dengan Allah dan kebenaran.

3. Memilih Teman yang Baik

  Pergaulan sangat memengaruhi kepribadian dan hati seseorang. Nabi SAW bersabda:

   الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

"Seseorang itu tergantung agama teman dekatnya, maka perhatikanlah dengan siapa ia berteman." (HR. Tirmidzi)

Contoh Nyata : Seseorang yang bergaul dengan teman-teman yang suka kebaikan dan menjauhi dosa akan lebih cenderung untuk tetap di jalan yang lurus, dibandingkan dengan orang yang berteman dengan mereka yang selalu melanggar norma-norma agama.

4. Segera Bertaubat Ketika Terjatuh dalam Kebatilan

  Tak ada manusia yang sempurna, dan kita semua bisa terjatuh dalam kebatilan. Namun, ketika itu terjadi, penting untuk segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT.

Kesimpulan

Ungkapan Ibrahim bin Adham bahwa "Banyak melihat kebatilan akan menghilangkan pengetahuan tentang kebenaran dari dalam hati" bukanlah sekadar kata-kata tanpa makna. Ini adalah peringatan serius bahwa dosa dan kebatilan, jika dibiarkaan terus-menerus, akan menutupi hati dan memadamkan cahaya kebenaran di dalamnya. Ketika hati sudah tertutupi oleh kebatilan, seseorang akan sulit membedakan antara yang benar dan salah, serta cenderung menerima dosa sebagai sesuatu yang wajar. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk menjaga hati dari pengaruh kebatilan dengan memperbanyak ibadah, menjaga pandangan, memilih pergaulan yang baik, serta senantiasa bertaubat jika terjatuh dalam kesalahan. Hanya dengan cara inilah hati dapat tetap bersih dan peka terhadap kebenaran, serta mampu memancarkan cahaya iman dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun