"Mau kamu apa sih? Nggak usah seperti ini dong! Ternyata kamu nggak berubah ya." Bentaknya.
 "Maksud kamu?" Tanyaku sok polos, sejujurnya aku jengkel.
"Biarin kita pergi dari sini! Kamu nggak perlu bikin aku tertekan, apa lagi menekan Rere!" Bentaknya lagi.
"Oh.." Jawabku.
"Kamu itu masa lalu. Masa lalu yang nggak banget untuk di kenang, terlalu menyakitkan. Kamu kan yang mau hal ini? Kamu toh yang memulai ini? Nggak nyangka, ternyata kamu nggak sepolos yang aku kira, naif. Harusnya kamu bisa lepasin aku dan relakan aku dengan Rere, toh kamu sendirikan yang bilang kalau kamu nggak cinta sama aku. Terus pengorbananku untuk meraih cinta kamu itu bohong, sia-sia. Kamu cuma manfaatin aku, cuma pengen hartaku aja, cuma pengen numpang pansos aja. Jahat ya..!!" Bentaknya.
Aku hanya bisa menangis dan membiarkan setiap pasang mata menontonku.
"Ah.. udah ah!!" Seru Aksara melangkah pergi. "Berarti kamu buta." Kataku tiba-tiba, Aksara menghentikan langkahnya.
"Harusnya kalau kamu memang cinta sama aku, kamu bisa merasakan apa yang aku rasakan ketika bersama kamu. Memang benar, aku yang bilang kalau aku nggak cinta sama kamu waktu itu, tapi kamu nggak ngerti. Kamu nggak bisa ngerasakan kalau aku sayang banget sama kamu. Kamu nggak tahu, betapa berusahanya aku belajar mencintai kamu. Karena aku nggak pengen ngecewain kamu. Aku nggak pengen kamu sakit. Namun semua membuatku masih sulit untuk mencintai kamu. Akhirnya aku mencoba berani mengatakan itu semua dengan banyak pertimbangan, dengan korban perasaan. Mengorbankan cinta dan pacar pertamaku yang sangat aku cinta. Harusnya aku yang membenci kamu. Aku sudah tahu. Kalau kamu sengaja membuat kesalah pahaman antara aku dengan Gio. Semua yang aku lihat tentang keburukan Gio itu rekayasa kamu. Ternyata kamu hebat, hebat banget."
"Nggak... Sama sekali nggak!!!" bantah Aksara. Seketika suasana menjadi hening. Aku, Rere dan Aksara sama-sama membungkam seribu bahasa. Namun tiba-tiba seseorang dari arah lain berkata, "Gita..." Aku menoleh dengan perlahan bersama dengan langkah Aksaramenjauh, namun Rere menahannya.
"Gita, sejujurnya aku suka kamu. Mau nggak kamu jadi yang spesial dalam hatiku?" tembak Panji di depan umum.
 "Nggak!!!" jerit Rere dengan isakan tangisnya. Lantas jeritan Rere membuat semua pasang mata kebingungan, termasuk Aksara, Panji dan aku. "Apa sih maksud kamu?" tanya Aksara kepada Rere.