Mohon tunggu...
niha nur fauzyah
niha nur fauzyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

joogging

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Masih Ada

27 Maret 2024   20:21 Diperbarui: 27 Maret 2024   20:34 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ehm, ya maaf. Gita, baik-baik ya? Tunggu aku! Udah dulu tentornya datang nih. Assalamu'alaikum," jawab Panji  dan dia menutup telfonnya. "Wassalamu'alaikum," jawabku.

Sejak saat itu aku tak pernah tahu kabar Panji lagi, dia tak pernah menghubungi aku lagi begitupun aku. Mau tak mau aku harus jalani hari- hari tanpa Panji, lagian siapa aku. Hari-hari tanpa Panji tak beda jauh dengan hari-hari yang aku jalani setelah putus dari Aksara, semua serba nggak asik. Saking kangennya sama Panji sampe aku sering ngehayalin dia dan nggak jarang ke bawa mimpi. Aku sering berhayal dia mengatakan cinta dan di setiap hayalanku jawabanku berbeda-beda begitupun dengan tingkahku, salting. Hal itu sering pula bikin aku tertawa sendiri. Aneh...!!!

Meski kangen aku berusaha tegar dan berusaha untuk tak memberi tahu teman-teman yang lain. Aku tak mau mengulang hidup seperti saat-saat setelah putus dari Aksara. Aku masih penasaran dengan Ternyata pesan Panji untuk 1 bulan menunggunya. menunggu Panji benar menyiksa. Aku terus bertahan, berusaha berdiri tegak dan bersabar menunggu Panji.

Suatu hari aku jumpai Aksara di depan sekolahku. Aku kangen banget sama dia. Dalam pikirku, untuk apa dia ke sini? Mungkinkah dia ingin bertemu denganku? Rupanya dia menjemput seorang cewek, yang nggak lain teman sekelasku, Rere. Akupun bergegas menunjukkan diri kepada mereka.

"Eh, Rere." Sapaku.

"Gita?" Respon Rere bingung.

Aksara memalingkan muka, mencoba mengalihkan pandanganku. Mungkin dia pikir aku tak tahu bahwa itu diriya. Aksara bergegas pergi bersama Rere, dia mencoba menutupi wajahnya tapi sayangnya aku tahu siapa dirinya.

"Ehm..." Seruku.

"Ada apa ya, Git?" Tanya Rere.

 "Emm, dia siapa?" Tanyaku.

Rere hanya diam dan seolah memberi isyarat kepada Aksara tentang sesuatu. Begitu pula Aksara, dia diam dan sibuk memalingkan muka. Akupun memilih untuk diam juga dan seolah menahan mereka. Setiap mereka akan melangkah pergi aku menegurnya yang akhirnya Aksara membuka helmnya dan membentakku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun