Pramuka, sebuah gerakan pendidikan nonformal yang sejak awal berdirinya ditujukan untuk membentuk karakter, kedisiplinan, dan kecintaan terhadap tanah air. Namun, tak dapat dimungkiri bahwa di tengah tujuan mulianya, ada sebagian kecil oknum yang mencoreng nama baik gerakan ini. Mereka menggunakan ruang Pramuka sebagai kedok untuk tindakan tidak bermoral yang justru merenggut kehormatan peserta didiknya.
Kisah seperti ini, meskipun jarang terekspos, menjadi luka yang sulit terobati bagi korban. Ketika Pramuka, yang sejatinya merupakan simbol kepedulian, persaudaraan, dan kehormatan, menjadi ruang bagi perilaku buruk segelintir pihak, maka dampaknya sangat besar, tidak hanya bagi individu yang menjadi korban, tetapi juga bagi citra Pramuka itu sendiri.
Pramuka dan Kepercayaan yang Dikhianati
Pramuka adalah organisasi yang didirikan di atas landasan kepercayaan:
- Kepercayaan orang tua kepada pembina dan institusi sekolah.
- Kepercayaan peserta didik bahwa mereka berada di lingkungan yang aman dan mendidik.
- Kepercayaan masyarakat bahwa Pramuka membentuk generasi muda yang berkarakter mulia.
Namun, ketika terjadi kasus-kasus pelanggaran, seperti perpeloncoan, kekerasan fisik, atau bahkan pelecehan seksual, maka kepercayaan ini runtuh. Bagi korban, pengalaman pahit ini tidak hanya melukai fisik, tetapi juga meninggalkan trauma mendalam yang merenggut rasa percaya diri, harga diri, dan kehormatan.
Faktor Penyebab Penyimpangan dalam Pramuka
Beberapa faktor yang menyebabkan penyimpangan dalam kegiatan Pramuka antara lain:
Kurangnya Pengawasan
Pengawasan yang lemah terhadap kegiatan Pramuka membuka celah bagi oknum untuk melakukan tindakan yang merugikan peserta didik.Penyalahgunaan Kekuasaan
Pembina atau senior yang seharusnya menjadi teladan justru menyalahgunakan posisi mereka untuk memaksakan kehendak atau tindakan tidak bermoral.Minimnya Kesadaran dan Edukasi
Kurangnya pemahaman mengenai hak-hak peserta didik membuat korban sering kali tidak berani melapor atau merasa bersalah atas apa yang mereka alami.Budaya Perpeloncoan
Beberapa kegiatan Pramuka masih diwarnai tradisi perpeloncoan yang berkedok "melatih mental," padahal tindakan tersebut sudah tidak relevan dan bertentangan dengan prinsip dasar Pramuka.
Ketika Suara Korban Dibungkam
Salah satu masalah terbesar dalam kasus ini adalah bisu dan bungkamnya suara korban. Mereka takut stigma negatif, intimidasi, atau malah disalahkan oleh pihak-pihak yang seharusnya melindungi mereka. Akibatnya, peristiwa ini sering kali tidak terungkap, dan pelaku merasa bebas melakukan hal serupa di lain waktu.
Korban perlu dukungan, bukan penghakiman. Mereka berhak untuk mendapatkan keadilan, pemulihan psikologis, dan perlindungan dari segala bentuk kekerasan atau pelecehan. Jika dibiarkan, penyimpangan ini akan menjadi noda yang semakin dalam pada gerakan Pramuka itu sendiri.
Mengembalikan Kesucian Pramuka
Gerakan Pramuka harus segera berbenah. Kasus-kasus seperti ini harus dijadikan momentum untuk memperbaiki sistem pengawasan, transparansi, dan perlindungan peserta didik. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
Meningkatkan Pengawasan Ketat
Kegiatan Pramuka harus diawasi dengan seksama oleh pihak sekolah, orang tua, dan organisasi terkait. Tidak boleh ada ruang gelap yang memungkinkan penyimpangan terjadi.Sosialisasi Hak Peserta Didik
Peserta didik harus memahami hak mereka untuk berkata "tidak" terhadap tindakan yang tidak pantas, dan mereka harus diberikan akses yang mudah untuk melapor.Sanksi Tegas untuk Pelaku
Oknum yang terbukti melakukan tindakan tidak bermoral harus ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku, tanpa pandang bulu.Pelatihan Etika dan Moral bagi Pembina
Pembina dan kakak senior harus diberikan pelatihan intensif terkait etika, moral, dan tanggung jawab sebagai pendidik serta panutan.Lingkungan Aman dan Nyaman
Pramuka harus menjadi ruang aman di mana peserta didik dapat belajar, bermain, dan tumbuh tanpa rasa takut.
Pramuka Harus Kembali pada Tujuan Aslinya
Pramuka adalah simbol kehormatan dan kepercayaan. Jangan biarkan segelintir oknum merusak kesucian gerakan ini. Seluruh elemen, dari pembina, sekolah, hingga orang tua, memiliki peran penting dalam memastikan kegiatan Pramuka berjalan sesuai tujuan utamanya: membentuk karakter yang kuat dan berbudi luhur.
Bagi mereka yang pernah merasakan kehormatan direnggut dalam ruang Pramuka, suaramu berharga. Jangan diam. Beranilah melapor, karena ini bukan salahmu. Dan bagi kita semua, menjaga kesucian Pramuka adalah tanggung jawab bersama. Pramuka harus kembali menjadi rumah yang aman, nyaman, dan mendidik---bukan ruang yang merenggut kehormatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H