Mohon tunggu...
Abdullah Puja
Abdullah Puja Mohon Tunggu... Administrasi - Absolut

Wong Ndeso...\r\nTuhan itu ada dan terasa serta logis..

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nafsu

25 Maret 2019   22:35 Diperbarui: 25 Maret 2019   22:40 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Badan atau Seluruh Tubuh Manusia terbuat dari hasil NAFSU, yang berawal dari NAFSU persetubuhan dua insan Manusia, lalu tumbuh menjadi dewasa dipupuk oleh NAFSU, nafsu makan, nafsu minum, nafsu melakukan hal yang baik, nafsu melakukan hal yang buruk, nafsu ibadah, nafsu maksiat, nafsu dan lain-lain, jadi apa apa yang kita bisa dan lakukan sekarang adalah semua produk dari NAFSU...

Sedangkan walau sebaik apapun kalau produk dari hasil sebuah NAFSU tetap merupakan suatu NAFSU atau KEINGINAN MANUSIA, bukan keinginan dari TUHAN SANG PENCIPTA ALAM.

Ciri-ciri utama dari sesuatu hal yang merupakan produk NAFSU adalah selalu ber "PAMRIH", yang kedua ada "NIAT"...
PAMRIH yang halus sehingga tak terasa adanya pamrih, ataupun pamrih yang kasar yang memang terlihat dan sangat diharapkan...
NIAT tidak sama dengan keinginan, karena tanpa niat pun keinginan dapat terlaksana kan.

NAFSU memang dianugerahkan kepada Manusia untuk memelihara hidupnya di Dunia,  manusia tanpa NAFSU maka tidak akan jadi Manusia atau malahan akan mati kalau manusia tanpa NAFSU nya.
Semua Nafsu - nafsu itu didalam tubuh Manusia menjelma menjadi Nyawa atau Sukma atau Atma atau Qorrin(biasa disebut Jin Qorin).

Bagaimana keinginan manusia(NAFSU) itu bisa sejalan dengan Keinginan TUHAN ?

Allah SWT berfirman:

"Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan ROH (ciptaan)-Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya."
(QS. Sad 38: Ayat 72)

Apakah ROH yang ALLAH SWT tiupkan itu berupa NAFSU ? Tentu bukan...

"Kemudian apabila AKU telah sempurnakan kejadianya... "

Apa yang disempurnakan NYA ?
Tentunya adalah sebuah Janin yang disempurnakan bentuknya, lengkap dengan seluruh anggota tubuhnya atas KEHENDAKNYA pula NAFSU Manusialah yang membentuknya.
Setelah selama 4 bulan pembentukan Janin menjadi seorang Bayi oleh NAFSU Manusia didalam kandungan,  maka "ditiupkan lah" atau "diturunkanlah" sesuatu yang suci yang datang dari sisi ALLAH SWT yang bukan dari unsur Bumi atau Nafsu, yaitu berupa  ROH untuk mendiami atau mengisi seorang Bayi tersebut dengan tugas menjadi pembimbing selama Bayi tersebut hidup di dunia, menjadi dewasa dan tua lalu meninggalkan BUMI ini untuk mempertanggungjawabkan hidupnya Bayi tersebut hingga dewasa dihadapan ALLAH SWT...

Jadi jelas yang bertanggung jawab terhadap diri Manusia kepada ALLAH SWT adalah ROH tersebut yang datang dari Teras A'rsy dan kembali ke Teras A'rsy pula,  di SISINYA.

ROH tersebut dalam kata lain  di Kitab Suci Al'Qur-an disebut juga JIWA,
Allah SWT berfirman:

"Bagaimana jika (nanti) mereka Kami kumpulkan pada hari (Kiamat) yang tidak diragukan terjadinya dan kepada setiap JIWA diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya dan mereka tidak dizalimi (dirugikan)?"
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 25)

Allah SWT berfirman:

"Di tempat itu (Padang Mahsyar), setiap jiwa merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya (dahulu) dan mereka dikembalikan kepada Allah, pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa (pelindung palsu) yang mereka ada-adakan."
(QS. Yunus 10: Ayat 30)

Allah SWT berfirman:

Dan kepada setiap JIWA diberi balasan dengan sempurna sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan."
(QS. Az-Zumar 39: Ayat 70)

Dan banyak lagi Kitab Suci menyebut ROH dangan kata JIWA.

Kembali ke pertanyaan, Bagaimana keinginan Manusia (NAFSU) bisa sejalan dengan keinginan TUHAN ?
 
ROH atau JIWA adalah yang datang melalui "ditiupkan" Oleh Allah SWT, merupakan Dzat makhluk yang suci, oleh karena itu kesucian ROH atau JIWA, akan bisa diterima oleh Kesucian Allah SWT, artinya kesucian akan bisa kontak terhubung dengan kesucian, karena kesucian tidak mungkin dapat nyambung dengan kekotoran.

Dapat diterangkan bahwa ROH atau JIWA yang suci tersebut adalah Dzat yang mampu menerima bimbingan TUHAN PENCIPTA SEMESTA,  sedangkan NAFSU yang datang dari unsur BUMI dia adalah hanya sebagai alatnya/pembantunya ROH atau JIWA dalam mencukupi kebutuhanya tubuh Manusia selama di BUMI, baik kebutuhan pangan, papan, primer, sekundernya tubuh Manusia.

Dapat disimpulkan bahwa Manusia itu adalah terdiri dari tiga unsur kehidupan
1. Tubuh atau Raga Manusia,
yang nantinya kelak akan hancur menyatu kembali ke unsur BUMI, jadi Tanah,
2. Nyawa/Sukma/Atma/ Qorrin Manusia, yang terbentuk dari NAFSU-NAFSU Manusia (biasa disebut Jin Qorrin),
3. ROH atau JIWA yang datang dari SISINYA dan akan PULANG ke SISINYA, serta mempertanggungjawabkan kehidupanya selama di BUMI.

Ketiga Unsur Manusia tersebut keberadaanya menyatu dalam satu kesatuan, yang terluar diwakili oleh Tubuh atau Raga, dan lebih kedalam lagi oleh Nyawa atau Sukma, dan yang paling dalam pada Manusia adalah letaknya ROH atau JIWA tersebut.

Oleh karena itu jantungnya dari kehidupan Manusia seharusnya adalah ROH atau JIWA nya, yang terletak paling dalam tersebut, sehingga apabila ROH atau JIWA tersebut menerima bimbingan dari TUHAN YANG MAHA ESA, maka akan menembus langsung keluar terpolakan dalam tingkah laku Manusia, yaitu diawali dengan TITAHNYA kepada ROH atau JIWA,  lalu melalui NAFSU nya Manusia sehingga mempunyai energi keinginan sesuai petunjuk ROH atau JIWA, dan melalui Raganya akan terlihat gerakan atau langkah-langkahnya dalam menjalani kehidupanya selama di BUMI ini.

Dengan demikian sempurnalah ketiganya sinkron melaksanakan TITAHNYA sebagai Manusia utuh yang MA'RIFATULLAH...

Dan inilah NAFSU yang sejalan dengan KEINGINAN TUHAN YANG MAHA ESA tersebut...

Allah SWT berfirman:

"Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami berikan kepada setiap JIWA petunjuk (bagi)nya, tetapi telah ditetapkan perkataan (ketetapan) dari-Ku, Pasti akan Aku penuhi Neraka Jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama."
(QS. As-Sajdah 32: Ayat 13)

Apa yang dimaksud dengan Ayat diatas tersebut ?

Pada dasarnya karena Manusia ini adalah Manusia yang mampu berpikir, sehingga apapun yang diluar nalar pikiranya akan di tentangnya dengan akal pikirnya yang canggih,  oleh karena itu banyak Umat Manusia hidup saat ini seperti hidupnya ZOMBIE, hidupnya hanya oleh NAFSU nya saja, sedangkan ROH atau JIWA dirasa keberadaanya tidak masuk akal,  karena selain tidak merasakan hidupnya ROH atau JIWA di dalam dirinya keterbatasan ilmu pengetahuan serta Kitab Suci  yang mengupas tentang adanya eksistensinya ROH atau JIWA dalam diri Manusia yang sebenarnya sangat jarang.
Manusia sejak lahir telah diajarkan seluruh soal-soal keduniawian saja, sehingga akibatnya kehidupan SPIRITUIL yaitu kehidupan ROH atau JIWA nya yang dibawa sejak lahir, bahkan dari dalam kandungan telah ada, lama-lama akan terhapus atau terhalangi oleh pengetahuan Duniawi yang diajarkan oleh orang tua atau lingkunganya.
Padahal sejak bayi itulah sangat terlihat dari luar bagaimana bayi itu mempunyai kehidupan ROH atau JIWA, dengan suka tersenyum sendiri, tertawa sendiri, berbicara sendiri dan perilaku lainya padahal semua panca indra untuk kehidupan duniawi belum sempurna, artinya yang HIDUP tentunya adalah hidupnya ROH atau JIWA nya  sedang berkomunikasi dengan para Malaikatnya, oleh karena itu apabila Bayi itu meninggal dunia dikatakan masih suci dan langsung masuk Syurga.
 
Bayi yang masih hidup dengan ROH atau JIWA nya tersebut lambat laun menjadi dewasa dan tertutup semua kehidupan ROHANIAH NYA dengan kehidupan DUNIAWI nya. Banyak sudah yang telah dewasa berupaya mengembalikan lagi mencari lagi kehidupan ROHANIAHNYA agar dapat kontak langsung dengan SANG MAHA KHALIK, dengan cara menahan atau menjauhi NAFSU duniawi, dengan melakukan seperti bertapa di goa, digunung, hutan, sungai, laut dll, hanya untuk mengembalikan kehidupan ROHANIAH nya, akan tetapi malah banyak yang tersasar malah ketemu Jin, Genderuwo, Iblis dan makhluk Ghoib lainya yang berparas buruk maupun berparas Manusia suci, akan tetapi itu adalah semua akal bulus makhluk GHOIB, mereka akan menanyakan keperluannya atau keinginannya kepada pertapa tersebut, lalu seolah ingin membantu namun sebetulnya malah mendorongnya kelembah KUTUKAN, oleh karena itu banyak Manusia - manusia yang memjadi 'seperti' sakti mampu mengatasi berbagai rintangan dan mampu seolah menjadikan sesuatu, padahal semua itu atas bantuan makhluk ghoib bukan bantuan TUHAN SANG PENCIPTA,  inilah MUSRYK YANG NYATA.
Namun dari beberapa Manusia di BUMI ada yang mendapatkan petunjuk langsung dari TUHAN YANG MAHA ESA  seperti tertuang dalam Surat As-Sajdah ;13 tersebut,  beruntunglah Manusia tersebut...

"........tetapi telah ditetapkan perkataan (ketetapan) dari-Ku, Pasti akan Aku penuhi Neraka Jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama."
(QS. As-Sajdah 32: Ayat 13)

Itulah NAFSU yang menguasai Makhluknya...

WALLAHU A'LAM BHISSHOWAB...

PANGAPUNTEN SEDULUR.... 

AbdullahPuja2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun