"Berarti sah, dong, gue bilang ini kuliah?"
Setengah menit berlalu, pesanku telah dibacanya, namun urung dibalas. Setelah hampir satu menit, ponselku kembali bergetar. Kuamati pesan darinya kali ini cukup panjang.
"Gue sebenernya gak anti banget. Gue juga pengen belajar. Cuma gue, tuh, suka kesel. Gue gak berhijab, kan. Tiap mau sholat di masjid kampus, itu ukhty-ukhty auto natap gue sinis. Seolah-olah gue mahluk asing. Makanya gue males," kirimnya.
Setelah bait pesan pertama yang dikirimi telah kubaca, datang lagi pesan berikutnya yang juga cukup panjang.
"Tapi bener juga kata lo, sih. Agama dari segi amal, itu privasi. Tapi dari segi keilmuwan, itu bisa jadi bahan diskusi. Sori, kalo gue selama ini benci banget sama kosa-kata agama. Doain gue, dong."
"Iya, gue doain semoga apa yang menjadi harapan bisa bertepuk dua tangan."
Percakapan selesai dan aku kembali memerhati penjelasan Guruku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H