Cerita itu tak saya dapat dari Adit secara langsung. Sepupunya yang menceritakannya. Waktu itu, saya termenung. Kaki, yang menjadi keterbatasan rupanya mampu ia lawan. Demi menjaga kepercayaan, relasi dan tanggung jawab perkerjaan.
Apa pelajaran berharga yang saya dapatkan dari sosok Aditya?
Pertama, keterbatasan fisik bukan menjadi kelemahan abadiÂ
Dalam keterbatasan, ia telah menang. Banyak orang dengan fisik normal justru selalu menyerah dengan keadaan. Adit tidak seperti itu. Kaki yang tak normal ternyata tidak mampu membuatnya berdiam diri. Semangat kerja dan menjalani tugas dengan baik selalu ia pegang sampai akhir.
Kedua, senyuman adalah hal paling indah untuk menjawab celaan
Selama saya kenal dirinya, tak jarang ia mendapat kata-kata yang kurang menyenangkan. Beberapa teman bercanda keterlaluan. Tapi ia tetap tersenyum. Tak pernah sekalipun ia membalikan ucapan konyol itu. Rupanya, senyumannya telah membuat orang-orang normal itu segan untuk menghina.
Ketiga, mandiri tanpa pernah mengeluhÂ
Waktu tak pernah dusta. Mulai dari pertama bertemu dengannya, sampai saat saya menulis ini. Belum pernah sekalipun mendengar keluh kesahnya. Segala persoalan ia atasi sendiri. Makan tak makan asal happy. Ia tak pernah sekalipun lalai dari pekerjaannya, segala sesuatu tuntas jika berada pada genggamannya.
Lama sekali saya tak jumpa dengannya. Rasanya enam tahun lebih. Kami hanya berkomunikasi seperlunya. Kabar terakhir ia aktif di partai perindo cabang kampungnya, Trenggalek, Jawa Timur. Beberapa kali kami bertukar kabar, bercanda via media sosial.Â
Pada subuh tahun lalu, tepatnya satu hari pasca perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia. Ibunya mengirim saya pesan, bahwa Adit telah dipanggil Tuhan. Sempat terdiam, ternyata air mata tak terbendung. Kaget, marah, kesal, sedih campur aduk. Baru semalam berkabar kalau ia ingin terus berkarir di partai sampai tingkat nasional. Mungkin takdir mengantarkan ia pada kebahagiaan sejati.
Demikianlah kenangan saya akan Aditya. Walau berbeda pandangan politik dengannya tak jadi soal. Bertahun-tahun setelah ini saya yakin akan lahir sosok-sosok seperti Adit. Penuh semangat. Murah senyum. Pantang menyerah. Kebaikannya tak pernah mati.
Semoga kau tenang di surga kawan!