"Cari aja sugar daddy!"
Tika tersedak makanan yang baru saja ia telan. Ia terbatuk-batuk kecil. Wajahnya memerah menahan batuknya. Diyah tertawa sambil menawarkan air putih kepadanya. Mereka berlalu sambil memikirkan biaya hidup yang terus mencekiknya.
***
"Bu Tut, gimana jualannya?" tanya Bu RT.
"Iya, Bu, ini mau setor. Kerudungnya laku empat. Gamisnya laku tiga. Sempaknya ini Bu lumayan, laku delapan. Heran kenapa sempak yang laris ya Bu. Sepertinya bapak-bapak suka merk itu," Jawab Tutut dengan penuh semangat.
"Memang benar, suami saya juga suka sekali sempak merk itu. Adem dan empuk dipakai katanya. Sekarang sering panas, jadi suka cari yang adem-adem. Nanti kalau dingin, baru cari yang anget-anget," Bu RT bicara sambil terkikik dan gemas sendiri.
"Iya, Bu, hehe," Bu Tutut, menjawab sambil cengar-cengir.
"Oke, terus uangnya bagaiman, Bu,?"
"Oh, iya, Bu, saya mau bilang anu, itu Bu. Uangnya kurang dua ratus ribu karena saya pakai dulu. Saya minta maaf ya, Bu. Soalnya suami saya butuh untuk ongkos, Bu. Cuma suami saya sudah dua hari hilang kabar. "
Suasana tiba-tiba mencekam. Hening tiada suara beberapa detik. Akhirnya Bu RT menarik napas penuh tekanan. Raut wajahnya berubah mendadak. Canda dan ramah tamah mendadak sirna. Otot wajahnya menegang seketika. Begitulah ternyata, uang sering berhasil merubah manusia.
***