Keesokan harinya, dengan hati yang penuh penyesalan, Ibu Kerapu berbicara dengan Ayah Kerapu. "Ayah, aku harus lebih banyak berada di gua bersama anak-anak kita. Mereka membutuhkan bimbingan dan kasih sayangku."
Ayah Kerapu menatapnya dengan mata penuh pengertian. "Kamu benar, Ibu. Kehadiranmu lebih penting bagi mereka daripada apapun yang bisa kita berikan."
Namun, takdir telah bermain dengan kejam. Anak-anak kerapu, yang terlalu lama kehilangan bimbingan, sudah terlalu lemah. Dalam usaha mereka untuk tetap hidup, mereka terseret arus dan menghilang dalam kedalaman lautan yang tak bertepi.
Ibu Kerapu, dengan hati yang hancur, menghabiskan sisa hidupnya di gua karang, mengenang tawa anak-anaknya yang kini hanya tinggal bayangan. Ayah Kerapu, yang juga dilanda duka, berenang di lautan dalam dengan kesepian yang tak terobati.
Kerajaan lautan, belajar dari tragedi keluarga Kerapu, menyadari bahwa peran perempuan dalam mengasuh dan mendidik anak-anak sangatlah penting. Meskipun peran mencari nafkah juga berarti, keseimbangan antara keduanya adalah kunci untuk kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga, agar tidak ada lagi cerita pilu di kedalaman lautan yang biru.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H