Sebagai perumpamaan guna memudahkan pemahaman, dulu para filosof memiliki pertanyaan mendasar terkait hal ini, dikatakan oleh mereka "apabila alam semesta baru bereksistensi 1000 tahun sesudah eksistensi Tuhan, lalu mengapa Tuhan tidak langsung mencipta? Padahal Tuhan Maha Mengetahui dan Berkehendak". "Lalu, apa yang dilakukan Tuhan pada waktu sebelum penciptaan itu? ". Atas dasar pertanyaan tersebut kemudian para filosof mulai meyakini spekulasi bahwa Tuhan ada bersamaan dengan alam semesta.
Hal ini kemudian direspon oleh al-Ghazali dengan mematahkan anggapan tersebut. menurutnya, para filosof telah terlampau jauh dalam memahami esensi Tuhan sehingga mereka justru tersesat karena memiliki pola pikir serta melakukan konfirmasi atas pemikirannya yang mana sangat bertentangan dengan rambu-rambu ajaran Islam.Â
Baginya, manusia memiliki kemampuan terbatas sehingga tidak akan mampu memahami Tuhan yang bersifat transedental. Sementara itu, para filosof yang menganggap diri mereka paling logis membuat asumsi-asumsi liar yang terlalu terpaku dengan pada objek material sehingga berpemikiran Tuhan berdimensi sama dengan makhluk. Padahal terdapat aspek-aspek metafisika yang selamanya tidak mungkin dapat dijangkau oleh akal manusia kecuali dengan petunjuk-petunjuk yang tertera dalam kitab suci. Apalagi dalam salah satu surahnya Tuhan telah berfirman bahwa entitasnya tidaklah sama dengan makhluk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H