Mohon tunggu...
Abdul Syakur Hilmy
Abdul Syakur Hilmy Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Hari Muda

Pelajar penikmat hari muda sebelum kadaluarsa masa mudanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

AIR DAN PELANGI UNTUK ROHMA

4 November 2020   14:40 Diperbarui: 4 November 2020   20:18 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sontak mereka langsung kaget dengan perkataan ibu itu, tapi mereka berpura-pura tidak tahu, "Air keajaiban? Apa itu, bu?" Tanya Arga. Ibu itu menjelaskan secara detail, "Banyak sekali yang datang ke Derama untuk mencari Air Keajaiban. Itu air dari legenda desa ini, siapapun yang bisa mengambil air itu, dia bisa abadi." Ujarnya. Mereka mengangguk seolah baru mengetahui info itu, "Tapi, tidak ada siapapun yang berhasil, karena mereka tidak bisa melewati tantangan dari air itu. Akibatnya, mereka hilang."

Arga yang mendengar itu menjadi was-was, tapi tidak untuk Rohma. Dia bersemangat sekali mencari air itu, "Emang tantangannya apa ya, bu?" Tanya Rohma. Ibu itu menggeleng, "Ibu juga gak tahu, tapi itu kata mereka yang datang berpasangan ke Derama lalu balik seorang diri, itu cerita mereka." Perjelas ibu itu. Arga benar-benar was-was bukan main tapi Rohma semakin semangat. Seusai menghabiskan kopi dan teh, mereka melanjutkan perjalanan yang Arga sendiri kurang yakin.
"Tenang aja, Ga. Gak usah khawatir."
"Ya gak khawatir gimana, serem gitu. Kalau ternyata kejadian gimana?"
"Tuh, kamu yang mikirnya aneh-aneh. Udah positif thingking aja."
"Terserah."
Rohma mengelus punggung Arga agar ia tenang. Tapi Arga sejak awal punya firasat yang kurang baik. Firasat yang mendatangkan bahaya bagi mereka.

Mereka memutuskan melanjutkan perjalanan mereka menaiki sepeda motor agar lebih cepat sampai. Hanya beberapa menit mereka sampai di sebuah rumah tua yang tidak berpenghuni. Cukup besar untuk sebuah rumah di daerah pedesaan. Dengan pagar besi dan taman yang cukup luas di bagian depan, "Ini tempatnya?" Tanya Arga. Rohma mengangguk mantap, "Iya ini rumahnya, pas kaya di internet." Jawab Rohma. Mereka terus berjalan memasuki rumah itu hingga memasuki area dalam rumah. Mereka menemukan lima botol kaca berisi air berbagai warna dan terdapat satu kertas petunjuk

"PELANGI PUNYA TEMPAT MENYENANGKAN DI HATI MANUSIA."

Itu adalah petunjuk yang mereka dapat. Tapi mereka tidak paham maksud dari teks tersebut.
"Apaan nih maksudnya?"
"Mungkin kita harus milih salah satu dari air itu."
"Jangan ngasal ah. Nanti ada yang aneh-aneh lagi."
"Ih, beneran. Tuh lihat jelas lagi nyata, Punya tempat tersendiri di hati manusia. Berarti kita harus milih satu, dan salah satunya warna yang berunsur dari pelangi. Disini cuma ada warna merah yang ada di pelangi. Bawa aja dah."
"Lah? Kok aku sih yang bawa?"
"Minta tolong..."
Rohma memasang wajah imutnya yang membuat Arga sedikit risih dan tidak tega.

Arga mengambil air itu dan melanjutkan perjalanan. Saat di tega perjalanan tiba-tiba saja rumah itu berguncang cukup keras dan membuat air merah yang dibawa Arga itu jatuh mengenai kaki Arga dan tanpa sadar itulah bencana sebenarnya, "Lari Rohma! Lari!" Perintah Arga. Mereka berlari keluar rumah tersebut secepat mungkin. Arga menutupi Rohma dengan tangannya agar tidak mengenai badannya dan saat itu tangannya mengenai balok yang jatuh dari atas rumah itu. Tangannya terluka namun mereka masih bisa berlari dan saat itu lah Arga menyadari ada yang salah dengan tubuhnya.
"Rohma. Mungkin kamu yang harus pergi."
"Enggak! Aku nggak mungkin pergi sendiri tanpa kamu, Ga. Tolong jangan aneh-aneh. Kita masih bisa lanjut."

Arga hanya menggeleng, sebagai isyarat bahwa itu tidak mungkin. Karena perlahan tubuhnya lenyap, entah kenapa tapi Arga punya firasat bahwa air merah itu adalah alasan penyebab ia seperti ini.
"Kita udah gak bisa, Rohma. Kita sudah salah pilih. Pas air merah itu kena kakiku, aku sadar pelangi memang punya tempat tersendiri di hati manusia. Tapi aku nggak, pelangi punya tempat buruk di hatiku. Pelangi muncul pas aku sadar kalau aku ada rasa sama kamu."

Mendadak Rohma terdiam, tak percaya apa yang dikatakan teman kecilnya itu, "Kamu nggak lagi bercanda kan, Ga?" Tanya Rohma dengan air matanya yang mengalir. Arga menggelengkan kepalanya, "Pas itu akusadar, aku telah menyalahi janji. Janji buat selalu jadi temanmu dan janji aku gak akan tinggalin kamu." Jawab Arga terisak. Tapi Rohma masih tidak terima dengan perbuatan Arga yang pergi 'tanpa' seizinnya.

"Tapi kamu sudah janji gak akan tinggalin aku."
"Iya, aku sudah janji."
"Tapi kenapa kamu harus pergi? KAMU SUDAH JANJI, KAN?"
"Maaf, Aku benar-benar minta maaf."
Perlahan Arga mulai lenyap.
"Kenapa? KENAPA? Kenapa kamu harus kamu yang pergi Arga?"
Arga hanya terdiam dan tertunduk, air matanya tak tertahankan. Mengalir dengan derasnya, seolah tak siap menerima takdir.
"Yang harus kamu tahu, Rohma. Kamu akan tetap jadi Peri Kecilku, percayalah."
"Enggak, gimana aku harus percaya kalau kamu ternyata harus.....Ga? Arga? ARGA!!"

*****************

Hari itu, Rohma harus ikhlas. Melepaskan teman kecilnya untuk selama-lamanya. Teman yang selalu sedia dan setia untuknya. Seorang teman yang siap mendengar curhatannya setiap kali ia ada masalah. Seorang teman, yang mencintainya dan ia juga mencintainya dan kini, kisah mereka hanya kenangan.


EPILOG
"Bagaimana, bu?"
"Kayanya kita ketambahan satu lagi, tadi ada dua orang kesini soalnya, kayanya cuma dapet satu. Bentar ya, saya bikin bakwan sama kopinya dulu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun